Cerita Wali Kota Risma Soal NU dan Telur Penolak Bala
Reporter
Artika Rachmi Farmita (Kontributor)
Editor
Kodrat Setiawan
Selasa, 9 Januari 2018 01:51 WIB
TEMPO.CO, Surabaya – Sebagai salah satu cicit tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma tak melupakan sejarah pendahulunya. Risma meluangkan waktu mengunjungi Museum NU dan memantau koleksi benda-benda bersejarah di sana.
Risma mengatakan, ia masih memiliki garis keturunan dari pendiri NU di Kabupaten Madiun. Mbah Jayadi, kata dia, merupakan kakek buyutnya dari sang ayah, Mochammad Chuzaini. “Kata Bapakku, setiap Lebaran kami nyekar ke sana. Mbah Jayadi dulu panglima perangnya Pangeran Diponegoro,” ujar dia di sela kunjungan ke Museum NU, Senin, 8 Januari 2018.
Baca juga: Soal Pilgub Jatim, Tri Rismaharini: Saya Tidak Mencla-mencle
Sebagai pejuang, banyak benda-benda milik kakek buyutnya yang digunakan untuk melawan Belanda. Barang-barang bersejarah itu, sebagian diletakkan di Museum NU bersama ratusan dokumen mengenai Resolusi Jihad yang digagas oleh KH Wahab Hasbullah.
Salah satu yang membekas diingatan Risma ialah Ndok Bledhek, yang dalam bahasa Indonesia berarti Telur Petir. Bentuknya memang menyerupai telur dan terbuat dari kuningan. Ia mendapat cerita soal Ndok Bledhek itu dari sang ayah.
“Terkenal sekali ndok bledhek di keluarga kami. Katanya kalau ada bahaya atau mau ada bencana, telur itu bergerak-gerak sendiri memberi pertanda kayak alarm,” kata dia.
Telur itu juga digunakan oleh para pejuang kemerdekaan untuk kekebalan tubuh atas seizin Tuhan. “Jadi kalau terkena peluru yang ditembakkan, hanya menembus pakaian. Bagian tubuhnya tidak apa-apa," ujarnya.
Direktur Museum NU Muhibbin Zuhri mengatakan, terdapat banyak artefak yang dipindahkan dari rumah keluarga besar tokoh NU tersebut di kaki Gunung Lawu, Desa Deles, Kabupaten Madiun. “Di antaranya Keris, Ndok Bledhek, kelat bahu, dan dua buah gaman keris tombak,” katanya.
Risma, kata Muhibbin, meminta agar Museum NU terus berbenah sehingga bisa menjadi salah satu destinasi edukasi sejarah yang menarik di mata masyarakat. Pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya guna mengembangkan museum yang telah diresmikan oleh Gus Dur pada 2004 itu.