Pemerintah Dinilai Belum Efektif dalam Pemberantasan Difteri

Reporter

Agung Sedayu

Rabu, 27 Desember 2017 09:14 WIB

Seorang pengungsi Rohingya yang menderita difteri mendapat perawatan di klinik Medecins Sans Frontieres (MSF) dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 18 Desember 2017. REUTERS/Alkis Konstantinidis

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat, Zainuddin, meminta pemerintah mengevaluasi penanganan wabah difteri. Pasalnya, selain jumlah penderita yang bertambah, wilayah dengan status kejadian luar biasa (KLB) difteri terus meluas. Saat ini sudah ada 28 provinsi yang berstatus KLB difteri.

“Kami semua prihatin, wabah ini belum juga berkurang. Karenanya penanganan difteri harus terus dievaluasi agar semakin baik dan efektif,” kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 26 Desember 2017.

Baca: RS Persabahatan Siapkan 15 Ruang Isolasi Khusus Pasien Difteri

Menurut Zainuddin, upaya pemberantasan difteri belum efektif karena hanya dilakukan Kementerian Kesehatan. Padahal, semestinya semua pemangku kepentingan dilibatkan secara aktif. “Lembaga negara baik kementerian maupun non-kementerian dan institusi swasta hingga tokoh-tokoh masyarakat,” tutur dia.

Hal itu perlu dilakukan karena Indonesia telah menjadi negara kedua, setelah India, yang memiliki jumlah penderita difteri terbesar di dunia. Pemerintah juga mesti mengevaluasi maraknya sikap anti-imunisasi yang muncul di masyarakat. Jika sikap ini terus meluas, pemberantasan difteri akan semakin sulit.

Sekretaris Jendral Kementerian Kesehatan, Untung Suseno Sutarjo, mengatakan saat ini pemerintah telah memiliki persediaan vaksin difteri untuk pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) dan anti diphtheria serum (ADS) yang mencukupi. “Kemampuan Bio Farma mencapai 170 juta dosis setahun. Jadi, bisa mencukupi kebutuhan saat ini,” ujar dia.

Baca: Pasien Difteri Membludak, RSUD Tangerang Kewalahan

Advertising
Advertising

Adapun Corporate Secretary Bio Farma, Bambang Heriyanto, memastikan Bio Farma dapat memenuhi kebutuhan vaksin untuk program ORI difteri yang akan dilaksanakan pada Desember 2017 serta Januari dan Juli tahun depan. Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Bio Farma juga akan mengimpor ADS dari India. “Impor berkaitan dengan peningkatan dan pengembangan kapasitas ADS produksi di Bio Farma, yang kapasitas produksinya belum dapat menghasilkan secara penuh,” ujar dia.

SATRIA DEWI ANJASWARI | AHMAD FAIZ

Berita terkait

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

47 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

9 Oktober 2023

Waspadai Difteri, Bisa Sebabkan Kematian dalam 72 Jam

Difteri dapat menyebabkan kematian dalam waktu 48-72 jam jika tidak ditangani secara serius. Segera kenali gejalanya agar cepat mendapat pertolongan.

Baca Selengkapnya

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

8 Juli 2023

Nigeria Umumkan Wabah Difteri

Otoritas kesehatan di Nigeria mengumumkan negara itu sedang mengalami wabah penyakit difteri setelah terjadi kematian akibat penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

13 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Jenis Vaksin dari Pemerintah Semakin Beragam Ini Daftarnya

Jenis vaksin yang menjadi bagian program imunisasi rutin yang disediakan pemerintah semakin beragam. Simak daftarnya

Baca Selengkapnya

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

7 Mei 2023

Pekan Imunisasi Dunia, Ini 3 Strategi Tingkatkan Cakupan Imunisasi Nasional

COVID-19 menyebabkan penurunan yang signifikan dalam imunisasi rutin anak. Ini strategi tingkatkan cakupan imunisasi nasional.

Baca Selengkapnya

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

29 April 2023

Mengenal Balto, Anjing Pahlawan Estafet Kereta Luncur Alaska 1920 yang Punya Gen Unggul

Balto dipuja sebagai pahlawan - menjadi subjek dalam buku dan film. Ilmuwan, dalam penelitian terbaru menemukan keunggulan gen anjing tersebut.

Baca Selengkapnya

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

17 Maret 2023

Serum Anti-Difteri Cukup Langka, Dokter Bantah Hanya RSHS Bandung yang Punya

Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit difteri di Jawa Barat tercatat sebanyak 55 suspek dengan konfirmasi positif 13 orang hingga Februari 2023

Baca Selengkapnya

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

16 Maret 2023

Kejadian Luar Biasa Difteri di Garut, 9 Warga Dilaporkan Meninggal

Penyakit difteri akibat bakteri sangat mematikan.

Baca Selengkapnya

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

28 Juni 2022

Bukan Cuma Covid-19, Pakar Ingatkan Ancaman Campak dan Rubella

Dokter mengatakan campak, rubella, dan difteri masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan harus segera dicegah penyebarannya melalui imunisasi.

Baca Selengkapnya

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

3 November 2020

Tim: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Jauh Lebih Aman dari Uji Klinis Vaksin Tetanus

Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 enegaskan bahwa uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung termasuk yang paling aman.

Baca Selengkapnya