Muntaber, Bayi Icha Meninggal Setelah Ditolak Puskesmas

Senin, 11 Desember 2017 14:37 WIB

Ilustrasi bayi. indiatimes.com

TEMPO.CO, BREBES - Nasib malang dialami bayi perempuan asal Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Brebes. Bayi tujuh bulan bernama Icha Selfia meninggal dunia lantaran menderita sakit muntah dan berak (muntaber). Nyawanya tak tertolong karena tidak mendapat penanganan dari pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat.

Icha meninggal dunia pada Minggu, 10 Desember 2017, sekitar pukul 10.00 WIB. Menurut orang tua Icha, Emiti, 32 tahun, anaknya mulai terlihat sakit pada Jumat malam. Saat itu dia membawa ke tukang urut di dekat rumahnya. “Tapi kata tukang urutnya diminta dibawa ke puskesmas,” kata Emiti saat ditemui di rumahnya, Senin, 11 Desember 2017.

Keesokan harinya, Sabtu, Emiti berjalan kaki membawa Icha dari rumah ke Puskesmas Sidamulya, yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer. Tapi, sampai puskesmas, dia sama sekali tidak dilayani petugas setempat. “Saya datang ke puskesmas pada Sabtu, pukul 10.00 WIB. Tapi sampai sana tidak dilayani,” tuturnya.

Emiti mengaku saat itu sudah meminta petugas menangani anaknya segera. Namun petugas menanyakan apakah anaknya sudah terdaftar sebagai peserta Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau tidak. Emiti hanya membawa KTP dan kartu Jamkesmas miliknya. “Anak saya belum punya kartu itu (KIS). Makanya mereka tidak mau melayani. Padahal sudah menunggu sampai setengah jam.”

Merasa tak ditanggapi petugas, dia lalu pergi ke bidan dekat rumahnya. Namun saat itu yang bersangkutan tidak ada. Emiti pun pulang ke rumah dan membeli obat di warung. Dia juga memberi anak ke-5 nya itu air susu ibu (ASI), tapi tidak juga sembuh. Sampai keesokan harinya, bocah yang lahir pada 21 Mei 2017 itu meninggal dunia. “Jam 10 pagi meninggal dunia,” tutur Emiti menahan air mata.

Emiti mengaku tak terima anaknya mendapat perlakuan seperti itu di puskesmas. Sebagai warga miskin, dia sering mendapat diskriminasi. “Seharusnya semua dilayani dengan baik,” katanya. Emiti saat ini tinggal di rumah semipermanen di RT 001 RW 004 Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, bersama dengan empat anaknya. Suaminya, Saroi, 32 tahun, bekerja sebagai nelayan. Sampai sekarang Saroi belum tahu anak bungsunya meninggal. “Sudah dihubungi, tapi tidak aktif,” kata Emiti.

Kepala Puskesmas Sidamulya dr. Arlinda mengakui ada kesalahan pada anak buahnya. Menurut dia, petugas seharusnya langsung menangani pasien yang membutuhkan pertolongan, tidak harus melengkapi administrasi lebih dulu. “Kalau prosedur kegawatdaruratan, pasien itu harus segera dilayani. Untuk administrasi, bisa belakangan,” katanya saat dimintai konfirmasi.

Pihaknya mengaku sudah meminta klarifikasi terhadap petugas puskesmas yang saat itu sedang berjaga. Dia pun berjanji akan memberikan tindakan tegas bagi petugas yang bersangkutan. “Itu jelas human error ya,” ucapnya.

MUHAMMAD IRSYAM FAIZ

Berita terkait

Heru Budi Ganti Nama Puskesmas Kelurahan jadi Puskesmas Pembantu

30 September 2023

Heru Budi Ganti Nama Puskesmas Kelurahan jadi Puskesmas Pembantu

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengubah nomenklatur Puskesmas di tingkat kelurahan

Baca Selengkapnya

Vaksin Booster Kedua untuk Lansia 60 Tahun ke Atas Sudah Tersedia di Puskesmas Jakarta Barat

25 November 2022

Vaksin Booster Kedua untuk Lansia 60 Tahun ke Atas Sudah Tersedia di Puskesmas Jakarta Barat

Pemerintah Kota Jakarta Barat memastikan vaksin booster untuk lansia 60 tahun ke atas sudah tersedia di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Baca Selengkapnya

Puskesmas di Jakarta Mulai Berikan Vaksin Booster Meski Terbatas

12 Januari 2022

Puskesmas di Jakarta Mulai Berikan Vaksin Booster Meski Terbatas

Syarat mendapatkan vaksin booster adalah sudah lebih dari enam bulan setelah disuntikkan vaksin Covid-19 dosis kedua.

Baca Selengkapnya

Tujuh Dokter Legendaris yang Mewarnai Sejarah Kedokteran Indonesia

24 Oktober 2021

Tujuh Dokter Legendaris yang Mewarnai Sejarah Kedokteran Indonesia

Tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Dokter Nasional. Mari mengenang tujuh dokter legendaris yang mewarnai sejarah kedokteran Indonesia

Baca Selengkapnya

Kartu Sehat Bekasi Dievaluasi, Pengamat: Penurunan Pelayanan

5 November 2018

Kartu Sehat Bekasi Dievaluasi, Pengamat: Penurunan Pelayanan

Pengamat Unisma Bekasi, Adi Susila, mengatakan rujukan berjenjang bagi pengguna Kartu Sehat Bekasi menunjukkan penurunkan kualitas pelayanan.

Baca Selengkapnya

Dibungkus Kerudung, Bayi Dibuang Ditemukan Masih Sehat

24 September 2018

Dibungkus Kerudung, Bayi Dibuang Ditemukan Masih Sehat

Bayi dibuang ditemukan terbungkus kain kerudung dan dimasukkan tas kain di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin 24 September 2018.

Baca Selengkapnya

Dana Kapitasi Puskesmas Tambal Defisit BPJS Kesehatan

19 September 2018

Dana Kapitasi Puskesmas Tambal Defisit BPJS Kesehatan

Pemerintah akan menggunakan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk Puskesmas yang selama ini belum terpakai untuk menambal defisit BPJS

Baca Selengkapnya

Pendaftaran CPNS 2018, Bekasi Arahkan ke Dua Bidang Ini

17 September 2018

Pendaftaran CPNS 2018, Bekasi Arahkan ke Dua Bidang Ini

Seperti daerah lainnya, Pemerintah Kota Bekasi membuka pendaftaran CPNS 2018.

Baca Selengkapnya

E-Jiwa, Cerita Puskesmas Cilandak Jaring 32 Pasien Gangguan Jiwa

22 Juli 2018

E-Jiwa, Cerita Puskesmas Cilandak Jaring 32 Pasien Gangguan Jiwa

Mereka ditemukan melalui deteksi dini gangguan jiwa dengan inovasi elektronik kejiwaan atau e-Jiwa yang diluncurkan Puskesmas Cilandak sejak 5 Juni.

Baca Selengkapnya

Begini E-Jiwa Lacak Penderita Gangguan Jiwa di Setiap Rumah

21 Juli 2018

Begini E-Jiwa Lacak Penderita Gangguan Jiwa di Setiap Rumah

Dari proyek pilot terhadap 1.025 orang di Cilandak, Jakarta Selatan, 32 terindikasi mengalami gangguan jiwa berat. Ada yang menolak dilacak.

Baca Selengkapnya