TEMPO Interaktif, Jember: Kelompok Kerja Advokasi Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Kabupaten Jember, Jawa Timur mendesak Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menertibkan para bidan desa. Pasalnya sebagian besar bidan di daerah terpencil menolak tinggal di tempat kerjanya. "Padahal salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan tidak lepas dari pelayanan mereka," kata Ketua Kelompok Kerja Sri Sulistyani di Jember pada Rabu (11/7). Akibatnya tidak sedikit pelayanan terhadap perempuan yang akan melahirkan terlambat. Karena pelayanan dari bidan kurang, akhirnya masyarakat mendatangi dukun beranak untuk membantu persalinan. Dampaknya banyak persalinan yang tidak tertolong karena tidak ada bantuan tenaga kesehatan yang memadai. Menanggapi permintaan ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Olong Fajri Maulana menyatakan memang banyak bidan yang mangkir dari tugas dengan beragam alasan. Berdasrkan data Dinas Kesehatan Jember, dari 250 bidan yang ditempatkan di desa-desa, hanya separuhnya yang bersedia tinggal di lokasi dinas. "Kami akan mengeluarkan instruksi agar mereka tinggal di tempat kerjanya," kata Olong. Dia menduga faktor keamanan, takut tinggal seorang diri menjadi alasan bidan enggan tinggal di desa. Apalagi mayoritas bidan baru lulus dari akademi kebidanan dan berusia muda. Orang tua bidan kerap khawatir dengan keamanan anaknya sehingga minta mereka berangkat kerja dari rumah masing-masing atau tinggal di kota. Mahbub Djunaidy