TEMPO.CO, Bandung - Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung masih sulit memastikan langsung pasien yang diduga terjangkit virus Zika. Apalagi, RSHS belum memiliki pereaksi kimia (reagent) untuk mendeteksi virus tersebut, sehingga harus dikirimkan ke Lembaga Eijkman atau Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta.
Untuk sementara, jika ada pasien yang mengalami gejala demam berdarah tapi hasil pemeriksaan laboratoriumnya negatif, kemungkinan pasien itu terkena virus Zika “Tapi mungkin bisa juga chikungunya. Kalau pemeriksaan virus kan tergantung laboratorium,” kata anggota Tim Infeksi Khusus RSHS, Rudi Wisaksana.
Baca juga: Kenali Virus Zika, Persamaan dan Perbedaannya dengan DBD
Seperti diberitakan sebelumnya, virus Zika yang menyebar di negara Benua Amerika, tersebar lewat nyamuk Aedes aegypti. Virus yang dapat menginfeksi wanita hamil, diduga menimbulkan ukuran otak bayi jadi lebih kecil. Ilmuwan sedang berusaha membuat vaksin untuk menangkal virus Zika, yang ditargetkan uji cobanya kepada manusia pada Agustus mendatang.
Dokter spesialis penyakit dalam ini mengatakan virus Zika tidak seganas demam berdarah yang sanggup membunuh banyak orang. “Saya lebih takut demam berdarah karena lebih berat. Indikasinya mirip seperti bintik-bintik merah di kulit,” ujar Rudi. Virus Zika, menurut dia, lebih ringan daripada demam berdarah, dan lebih mirip penyakit chikungunya dengan gejala seperti ngilu dan sakit sendi.
Baca juga: Mirip DBD, Waspadai Virus Zika di Musim Hujan!
Berasal dari vektor yang sama, yakni nyamuk Aedes aegypti, kata Rudi, memberantas nyamuk tersebut lebih efektif untuk menangkal demam berdarah sekaligus kemungkinan virus Zika. Selain itu yang juga penting sekarang dilakukan adalah surveillance (pengawasan) di tiap laboratorium pemeriksa virus pasien.
“Yang bukan demam berdarah dicari lagi, jadi tahu berapa persen kemungkinan Zika,” kata Rudi. Sejauh ini, menurut Rudi, belum ada pasien yang diduga mengidap virus Zika di RSHS.
ANWAR SISWADI