TEMPO.CO, Madiun - Sukardi, 47 tahun, salah seorang anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengaku bingung setiba di kampung halamannya. Masalahnya, ia tidak memiliki harta benda untuk modal bekerja.
Aset berupa rumah dan tanah di Kelurahan Pandean telah dijual untuk pindah ke Kalimantan Barat bersama pengikut Gafatar lain. "Pulang mau kerja apa?” ujarnya, Senin, 25 Januari 2016.
Sukardi bersama anak dan istrinya kini tinggal sementara di rumah orang tuanya di Desa Tawangrejo, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun. Ia merasa tak nyaman tinggal seatap dengan orang tuanya karena, saat meninggalkan rumah beberapa waktu lalu, tidak pamit.
Menurut Sukardi, sebagian hasil penjualan tanah dan rumahnya di Madiun habis untuk membeli tanah secara patungan dengan sesama anggota Gafatar di Kalimantan Barat. Lahan seluas 43 hektare digunakan untuk membudidayakan tanaman sayuran dan sudah beberapa kali panen.
Di Kabupaten Mempawah, Kalaimantan Barat, Sukardi juga beternak sapi. Kotorannya dijadikan pupuk untuk menunjang budi daya sayuran. "Kalau untuk tempat tinggal, saya mengontrak rumah," ucap pria yang rela melepas pekerjaannya sebagai karyawan PT PLN (Persero) demi mengikuti program hijrah Gafatar ke Kalimantan Barat.
Sukardi adalah satu di antara 19 anggota Gafatar asal Kabupaten Madiun yang dipulangkan ke kampung halaman. Mereka dijemput pemerintah setempat setelah ditampung di Transito Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Jawa Timur di Surabaya.
Slamet Efendi, 37 tahun, salah seorang warga yang ditinggal keluarga ke Kalimantan Barat, merasa senang atas kepulangan kerabatnya. "Bisa berkumpul keluarga lagi," katanya.
NOFIKA DIAN NUGROHO