TEMPO.CO, Surabaya - Ratusan warga anggota organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) tiba di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu pagi 23 Januari2016. Mereka kemudian ditampung sementara di sebuah aula milik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Timur di Surabaya.
Saat ditemui, mereka masih terlihat lelah sekalipun sebelumnya menempuh perjalanan dengan pesawat terbang. Raut wajah mereka tak tampak antusias sedikit pun. Sambil menunggu panggilan untuk masuk barak peristirahatan, mereka hanya bercengkerama diantara sesamanya.
Tempo mengamati lebih banyak mereka adalah anggota keluarga. Satu diantaranya adalah Soim, 48 tahun, bersama suami dan tiga anaknya. Warga Mojokerto ini menyatakan sudah dua bulan tinggal di Mempawah, Kalimantan Barat.
Awalnya, dia mengisahkan, mengetahui tawaran untuk bercocok tanam di Kalimantan dari teman-temannya yang juga ikut berangkat hijrah dalam program Gafatar. "Karena di sini nggak ada lahan, ya kami ke sana untuk bercocok tanam," ujar Soim.
Menurut Soim, gerakan ini bukan Gafatar. Dia mengatakannya hanya bercocok tanam. Selama disana, mereka menggarap lahan tanah. Namun, pembakaran yang terjadi oleh warga setempat membuat mereka dievakuasi dan Soim dan keluarga memilih kembali ke Jawa Timur. "Ya disana sudah tidak bisa apa-apa, lebih baik pulang," kata Soim.
Lain lagi dengan Munirah, 54 tahun. Dia menyatakan sudah berada di Kalimantan selama tiga bulan. Kegiatan yang dijalankan juga masih seputar bercocok tanam. Dia mengaku mendapatkan tempat tinggal dan tanah untuk bercocok tanam dengan membayar sejumlah uang.
Munirah yang warga asal Jombang ini tidak mau lebih banyak bertutur. "Sudah, saya lelah," kata dia.
Kebanyakan warga memang cenderung tertutup saat Tempo mencoba mendekat. Namun, menurut keterangan dari beberapa diantaranya, mereka baru tinggal di Kalimantan 2-3 bulan.
Total hampir 400 warga tiba di tempat itu. Mereka sebelumya diangkut menggunakan dua pesawat milik maskapai Lion Air dan tiba di Bandara Juanda, Surabaya. Mereka langsung dpindahkan ke 15 bus yang lalu mengangkutnya ke tempat saat ini.
Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menjanjikan bantuan dari pemerintah daerah untuk mereka yang pulang asalkan mau berubah. Gafatar tidak cuma dikenal dengan program hijrahnya, tapi juga beberapa ideologi atau ajarannya yang dianggap menyimpang Islam.
SITI JIHAN SYAHFAUZIAH
Video Terkait: