TEMPO.CO, Tasikmalaya - Keluarga Asep Urip, warga yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Purbaratu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat tidak menyangka Asep terlibat dalam jaringan teroris dan berniat menebarkan teror. "Tidak mungkin terlibat," kata Dede, kerabat Asep saat ditemui di rumahnya, Desa Singkup, Purbaratu, Minggu 20 Desember 2015.
Menurut Dede, Asep selalu bersikap baik kepada sesama. Bahkan, dia kerap memberi bantuan kepada tetangga yang membutuhkan. "Suka memberi kepada orang yang nggak punya," katanya.
Kepribadian Asep, kata Dede, juga tak neko-neko. Sehari-hari dia mengajar mengaji anak-anak di Pondok Pesantren Al-Mubarok Atturmudzi, Purbaratu. "Asep sangat baik," ujarnya.
Ihwal rekan Asep, Zaenal, yang turut ditangkap Densus 88, Dede menjelaskan, Zaenal baru sekitar lima-enam bulan di pesantren. Awalnya, Zaenal mengaku tidak bisa mengaji. "Saudara saya bersedia mengajari si Mas (Zaenal)," katanya.
Dia menegaskan, Zaenal bukan saudaranya. Dia datang ke sini karena ingin bisa mengaji. "Si Mas tinggal di kobong, tidak di rumah saya," katanya.
Pasca penangkapan, ibunda Asep sakit keras. Dia tidak bisa berkomunikasi karena syok. "Maaf, ibunya sakit keras tidak bisa diajak ngobrol," ujar Dede.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Mubarok Atturmudzi, Ustad Ade Dedi mengatakan, Zaenal datang menemui Asep sekitar bulan Ramadan lalu. Tujuan kedatangannya untuk mencari ilmu. "Tidak terlibat apa-apa, cuma untuk mencari ilmu," katanya.
Keseharian Asep dan Zaenal, kata dia, biasa-biasa saja. Saat waktu mengaji mereka mengaji, saat salat pun mereka berjamaah. "Saat istirahat ya istirahat, tidak ada gerakan apa-apa," jelas Ade.
Menurut sepengetahuan Ade, Zaenal dan Aep bertemu di Malang saat keduanya mondok di sana. Asep tak lama mondok di sana, hanya empat bulan. "Kemudian tamu (Zaenal) datang untuk silaturahmi kepada Ustad (Asep) bulan Ramadan," katanya.
Jumat sore 18 Desember, Ade tiba-tiba diberi kabar bahwa Asep dan Zaenal ditangkap polisi. Dia sendiri tidak tahu petugas dari mana yang mengambil keduanya. "Tidak tahu," katanya.
Ade berharap, Asep tidak terlibat apa-apa. Dia pun berharapan Asep segera pulang. "Ya harapannya segera pulang," katanya.
Sugirman, salah seorang warga setempat mengatakan, Zaenal tidak pernah bergaul dengan warga setempat. Dia biasa papasan dengan Zaenal saat di jalan. "Saat dia sedang ambil air," ujarnya. Zaenal berperawakan tinggi besar, dan berjanggut.
Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Atturmudzi, kata Sugirman, merupakan tempat belajar mengaji anak-anak warga sekitar. Anak-anak belajar pada ba'da magrib dan subuh. "Tiap minggu suka ada pengajian ibu-ibu," katanya.
Asep dan Zaenal ditangkap oleh Densus 88 Polda Jabar dan Mabes Polri di Kampung Cihaji, Purbaratu, Jumat sore. Mereka diringkus saat hendak pergi ke pengajian di daerah Mitra Batik.
CANDRA NUGRAHA