TEMPO.CO, Jakarta -Inisiator mosi tak percaya mulai bergerilya untuk menggusur Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto. Anggota dari Fraksi NasDem, Teuku Taufiqulhadi, misalnya, mengungkapkan urusan karpet merah di gedung DPR.
Taufiq mengatakan, anggota Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR yang bertugas di loby utama pernah berteriak dan membentak dirinya. Alasannya, saat itu Taufiqulhadi berjalan di atas karpet merah yang membentang dari pintu utama ke lift yang khusus diperuntukan bagi Ketua DPR Setya Novanto.
"Padahal Pamdal tahu saya anggota dewan," kata Taufiqulhadi saat dihubungi, Kamis, 26 November 2015. "Dari situ bisa dilihat kalau perintah karpet itu hanya untuk Ketua DPR sangat keras sekali."
Kasus karpet merah menjadi satu dari enam daftar dosa etik Setya yang disebar para inisiator ke 10 fraksi di Parlemen Senayan. Yang lain diantaranya pelanggaran etika dengan hadir dalam acara kampanye calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dianggap mencatut nama Presiden Joko Widodo dalam upaya renegosiasi kontrak PT Freeport Indonesia, dan surat instruksi berkop Pimpinan DPR ke PT Pertamina.
Sebelumnya, Setya Novonta menyatakan menyerahkan pada proses di MKD. “MKD sudah menjalankan proses kerja dengan baik,” ujarnya. Ia menambahkan, “Saya pertama kali begini, lho. Saya sembahyang, lalu bicara dengan istri karena bingung. Saya kena apa, selalu ada masalah. Ketemu Donald Trump, masalah juga. Apa karena saya terlalu baik? Memang salah saya itu ingin menolong orang. Yang ada malah kebawa-bawa,”ujarnya.
FRANSISCO ROSARIANS
Baca juga:
Di Balik Heboh Freeport: Setya Novanto Akan Terjungkal?
Calon Pemimpin KPK: Dipersoalkan DPR, Ini Reaksi Johan Budi