TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan keputusan TNI Angkatan Udara membeli helikopter AgustaWestland AW 101 buatan Inggris-Italia berlebihan. Menurut dia, selain harga helikopter yang mahal, Indonesia belum mempunyai teknisi khusus untuk melakukan perawatan.
“Pertanyaannya, apakah butuh? Helikopter itu terlalu mahal. Bodongnya saja sekitar US$ 45 juta,” ucap Gerry saat dihubungi Tempo pada Rabu, 25 November 2015.
Menurut Gerry, jika helikopter itu memang diperuntukkan untuk Presiden Joko Widodo yang gemar blusukan, dibutuhkan teknisi ahli. Selain itu, biaya operasionalnya tinggi. “Misalnya, jika terbang menggunakan Super Puma di daerah terpencil dan rusak, tinggal pesan saja dari Bandung dan teknisi sudah tersedia. Kalau AW, mulai dari nol lagi,” ujar Gerry.
SIMAK: Jokowi dan Helikopter Asing
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma Dwi Badarmanto menuturkan satu unit helikopter yang akan didatangkan ke Indonesia pada tahun depan itu akan digunakan khusus untuk tamu VVIP, termasuk Presiden dan Wakil Presiden RI. Pembelian helikopter itu sudah masuk dalam rencana strategis TNI AU tahun 2014-2019.
AW-101 akan menggantikan Super Puma buatan Airbus Prancis yang biasanya digunakan untuk menunjang mobilitas Presiden RI. Dwi mengklaim helikopter tersebut mempunyai beberapa kelebihan, seperti memiliki tiga baling-baling yang membuat mesinnya lebih cepat.
Baca Juga:
Adapun PT Dirgantara Indonesia sudah bisa memproduksi helikopter Cougar, generasi terbaru Super Puma, yang setidaknya sudah 25 tahun digunakan TNI AU. Harga per unit helikopter buatan dalam negeri itu sekitar US$ 30 juta.
DANANG FIRMANTO