TEMPO.CO, Makassar - Sebelas siswi sekolah menengah pertama jatuh pingsan saat menanti arak-arakan Piala Adipura, di Jalan A.P. Pettarani, Selasa, 24 November 2015. Mereka tumbang satu per satu sebelum piala yang dibawa rombongan Wali Kota M. Ramdhan Pomanto tiba. Padahal mereka sudah berdiri membentuk barisan panjang di sisi jalan.
Para siswi yang pingsan digotong ke dalam kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar yang berada sekitar 30 meter dari sisi jalan. Mereka diketahui berasal dari SMP Negeri 13 dan SMP Negeri 40 Makassar. Adapun penyambutan arak-arakan Piala Adipura diramaikan ratusan pelajar tingkat SD, SMP, dan SMA, yang memadati sepanjang jalur yang dilalui Wali Kota.
Kepala SMP Negeri 13 Makassar Muhammad Arif mengatakan siswi yang pingsan kemungkinan tidak kuat menahan terik matahari. “Mungkin juga ada yang belum makan,” katanya.
Arif menyebutkan, para pelajar dari sekolahnya mulai dikerahkan ke sisi jalan sejak pukul 10.00. Itu berdasarkan instruksi dari Dinas Pendidikan Kota Makassar. Semua kegiatan belajar-mengajar dihentikan untuk menyambut Piala Adipura yang diarak dari Bandar Udara Sultan Hasanuddin. “Siswa wajib menyambut untuk menghargai perjuangan mendapatkan Piala Adipura,” ujarnya.
Tempo mengamati, barisan pelajar sekolah memadati sejumlah titik jalan sejak pukul 09.00. Di antaranya Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Sultan Alauddin. Sebagian pelajar memegang bendera merah-putih seukuran buku tulis.
Baca Juga:
Di Jalan Pettarani, rombongan arak-arakan Wali Kota lewat sekitar pukul 12.00. Adapun Piala Wali Kota tiba Selasa pagi setelah diterima dari Kementerian Lingkungan Hidup di Jakarta, Senin malam.
Legislator DPRD Kota Makassar Andi Nurman memberi selamat kepada pemerintah kota karena meraih kembali Adipura yang terakhir kali didapatkan pada 2013. Namun, dia juga menyesalkan pelibatan para pelajar untuk menyambut perayaan tersebut. Pemerintah dianggap lalai, karena selain mengganggu proses belajar-mengajar, juga telah membahayakan anak-anak yang mesti berdiri berjam-jam di jalan.
Nurman mengatakan instruksi pemerintah untuk menurunkan pelajar ke jalan juga terkesan terburu-buru dan memaksa. Karenanya, pihak sekolah tidak punya kesempatan mempersiapkan siswa-siswinya. “Buktinya banyak yang tidak membawa bekal, ditambah mereka tidak sanggup menahan panas. Memang rawan orang pingsan kalau kondisinya seperti itu.”
AAN PRANATA