TEMPO.CO, Jakarta - Suasana duka di kediaman ibunda Muhammad Riza Chalid, almarhumah Siti Hindun binti Ali Alkatiri, diwarnai keributan antara wartawan dan petugas satuan pengamanan lingkungan. Petugas melarang jurnalis yang hendak memotret karangan bunga yang berjajar di rumah duka, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 23 November 2015.
Bahkan petugas sempat mengambil kamera wartawan. Perselisihan itu membuat para pelayat berkerumun. Akhirnya kamera dikembalikan kepada pemiliknya setelah keributan diredam.
BACA JUGA
Setelah Ketemu Prabowo, Setyo Novanto di Atas Angin?
Mengharukan: Masjid Dirusak, Bocah Ini Bantu Pakai Celengan
Seorang petugas keamanan, Teguh, mengatakan wartawan dilarang mengambil gambar atau meliput acara persemayaman. "Mohon maaf, kami hanya mengikuti prosedur. Kami juga tidak ingin ada keributan," ujarnya.
Tidak hanya itu, Teguh menghampiri para wartawan agar tidak berada di lingkungan rumah duka. "Kami tidak peduli siapa yang meninggal. Kami hanya mengamankan lingkungan," ia menambahkan.
Baca Juga:
Ibunda Riza Chalid, Siti Hindun binti Ali Alkatiri, tutup usia pada Senin, 23 November 2015. Ia meninggal pukul 03.56. Jenazah disemayamkan di kediaman di Jalan Sriwijaya Raya Nomor 27, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejumlah mantan pejabat tampak melayat, seperti mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa serta mantan Direktur Pertamina Afdal Bahaudin dan Hanung Budya.
Nama Riza Chalid tengah menjadi sorotan dalam sejumlah persoalan. Salah satunya, ia disebut-sebut dalam peristiwa pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto terkait dengan pengurusan perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia. Suara yang diduga Riza Chalid muncul dalam rekaman percakapan antara Setya Novanto dan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.
ABDUL AZIS
Baca juga:
Di Balik Heboh Setya Novanto: 3 Hal yang Perlu Anda Tahu
Kasus Setya Novanto: Inikah Biang Mahkamah Sulit Diandalkan?