TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa organisasi yang dipimpinnya mengecam keras segala tindakan teror yang dilakukan pihak mana pun, termasuk teror oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Paris, beberapa waktu lalu. "Islam tidak mengajarkan itu," kata Haedar saat ditemui di Masjid Al Bay'ah, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rabu, 18 November 2015.
Ia juga mewanti-wanti agar tragedi bom yang terjadi di Paris tidak membuat adanya stigma bahwa Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan. "Jangan sampai ada (stigma) anti-Islam."
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin juga ikut berbicara. Ia mengatakan sejumlah tindakan terorisme terjadi karena adanya ketidakadilan global.
Din mencontohkan, apa yang dilakukan negara-negara Barat di Suriah, menurutnya, memancing reaksi dari kelompok-kelompok tertentu. "Selama masih ada invasi, intervensi, dan dominasi negara-negara Barat di wilayah Timur Tengah, kejadian seperti ini akan berulang."
Meskipun begitu, Din tidak membenarkan tindakan-tindakan teror yang dilakukan terhadap negara-negara Barat tersebut. Ia mengatakan tindak kekerasan yang mengambil nyawa orang lain itu harus dihadapi secara bersama-sama. "Harus betul-betul."
Menurut Din, Indonesia relatif berhasil mengantisipasi pengaruh ISIS di masyarakat. Karena diketahui hanya sekitar 300 orang warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS. "Inggris itu yang bukan mayoritas muslim, ada sekitar 5.000 yang gabung ISIS."
Serangan teror di sejumlah lokasi di Paris pada Jumat lalu, menewaskan lebih dari seratus orang. ISIS diduga ada di balik penyerangan tersebut.
DIKO OKTARA