TEMPO.CO, Bandung - Menghadapi musim penghujan tahun ini, sejumlah wilayah di Jawa Barat yang rawan bencana. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Pusat memperkirakan hujan dengan instesitas tinggi akan terjadi sejak November hingga Maret 2016.
Untuk mengantisipasi dan menanggulangi resiko bencana tersebut, Kepolisian Daerah Jawa Barat menyiapkan satu kompi untuk membantu tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Basarnas. Mereka diterjunkan untuk membantu masyarakat yang berisiko mengalami bencana banjir dan longsor.
Kepala Polda Jabar Inspektur Jendral Moechgiyarto mengatakan, saat ini, tim SAR Polda Jabar telah siap bergerak apabila terjadi bencana di kawasan Jawa Barat. "Kami menyadari di wilayah Jabar terdapat wilayah rawan longsor dan banjir. Sehingga kita, memerlukan pengecekan anggota dan peralatan," ujar dia kepada wartawan usai melakukan pengecekan anggota dan logistik menghadapi bencana di Mapolda Jabar, Senin, 16 November 2015.
Selain menyiapkan pasukan, pihaknya juga memastikan logistik yang akan digunakan dalam penganggulangan bencana masih berfungsi. Seperti perahu kano, alat penyedot air dan alat lainnya. "Saya cek peralatan semua berfungsi cukup baik. Termasuk cadangan," kata dia.
Adapun, lokasi yang menjadi fokus perhatian kepolisian yang berpotensi mengalami risiko bencana paling tinggi adalah di Jabar bagian selatan, pantura, dan di Kabupaten Bandung. "Sudah kami berikan warning kapada anggota untuk siaga," kata dia.
Kepala Kantor SAR Bandung Anggit M. Satoto, mengatakan berdasarkan pemetaan BPBD, di Jawa Barat potensi bencana paling besar berada di wilayah selatan. Adapun, bencana yang diwaspadai adalah angin puting beliung, longsor dan banjir.
Selain di wilayah selatan, potensi bencana pun menghantui kawasan pantai utara. "Puting beliung yang paling kami waspadai. Karena di awal musim hujan puting beliung selalu menghantui," kata dia.
Dengan peta potensi rawan bencana di kawasan Jabar tetsebut, ia mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan kekuatan personel dan logistik yang ada. "Tim dibagi ke tiga wilayah, priangan timur, Cirebon, dan Bandung. Kami maksimalkan potensi yang ada," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Kundang Sodikin mengatakan sebanyak 66 persen dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat merupakan daerah rawan bencana alam. Data tersebut merupakan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya.
"Pada umumnya bencana tanah longsor," kata Kundang saat ditemui usai Apel Kesiapsiagaan Bencana di Mapolres Tasikmalaya, Senin 16 November 2015. Kecamatan yang daerahnya rawan longsor di antaranya, Kecamatan Cigalontang, Salawu, Bojonggambir, Puspahiang, Taraju, Cibalong, dan Kadipaten.
Kundang mengatakan, mulai Januari hingga pertengahan November 2015, telah terjadi 182 bencana alam di Kabupaten Tasikmalaya. Total kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp 10 miliar. "Ada korban meninggal 1 orang," katanya.
Mengantisipasi timbulnya korban akibat bencana, Kundang meminta masyarakat agar peduli lingkungan. Kata dia, jika ada pohon di lingkungannya mulai miring, masyarakat harus segera mengeceknya. "Apakah ada tanah retak, jika retak segera ditutupi. Kemudian jangan buang sampah sembarangan," jelas dia.
Kepala Polres Tasikmalaya, Ajun Komisaris Besar Susnadi mengatakan, kontur wilayah di Kabupaten Tasikmalaya gembur sehingga potensi longsornya cukup tinggi. Dalam dua minggu terakhir, kata dia, ada enam kejadian tanah longsor di Tasikmalaya. "Kita koordinasi dan mengajak semua elemen masyarakat untuk sama-sama siaga dalam menghadapi bencana alam," katanya.
Mengantisipasi bencana, Susnadi mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan Basarnas, BPBD, dan relawan bencana menyiagakan 600 personel. Selain itu, tim siaga bencana ini sudah siap dengan alat dan perbekalan. "Kita sudah minta bantuan alat berat dan dapur umum. Kemudian tenaga untuk mengevakuasi dan petugas dari Dinas Kesehatan," jelas dia.
IQBAL T. LAZUARDI S. | CANDRA NUGRAHA