TEMPO.CO, Karawang - Sudah sepekan ini, permukaan air sungai Citarum di Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, dipenuhi oleh tumbuhan eceng gondok. Pantauan Tempo di Desa Anjun, Kelurahan Karawang Kulon, tumbuhan gulma itu tumbuh menyebar menutupi seluruh permukaan air.
Wawan, 45 tahun, seorang warga Anjun, mengatakan telah melihat eceng gondok menutupi sungai Citarum sejak Rabu, 4 November 2015. Menurutnya, pertumbuhan eceng gondok ini sampai mengganggu transportasi air. "Perahu eretan yang digunakan warga menjadi sulit melaju karena terhalangi tumpukan eceng gondok," ujar Wawan saat ditemui Tempo di Karawang, Rabu, 11 November 2015.
Wawan mengatakan menyaksikan tumbuhan dengan nama Latin Eichhornia crassipes. itu menyulitkan laju perahu warga. "Walaupun mengapung di air, akar eceng gondok bisa sampai tanah. Tukang perahu eretan sibuk untuk menyingkirkan tumpukan eceng gondok itu sehingga laju perahu mereka menjadi lambat," ujar Wawan.
Pesatnya tumbuhan eceng gondok juga berdampak pada populasi ikan di Citarum. Daru Setiorini, General Manager Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton), mengatakan jika eceng gondok sampai menutupi seluruh permukaan sungai, bisa berbahaya bagi ikan.
"Pada malam hari, eceng gondok melakukan respirasi dengan menghirup oksigen. Hal ini mengakibatkan kadar oksigen dalam air menurun drastis. Jika mencapai di bawah 2 miligram per liter, dipastikan ikan-ikan di sungai itu mati," ujar Daru saat ditemui Tempo di Karawang.
Daru mengatakan pesatnya pertumbuhan eceng gondok di Citarum menandakan banyaknya bahan tercemar yang terdapat di air sungai terpanjang di Jawa Barat itu, seperti pupuk kimia, detergen, dan limbah pertanian. "Eceng gondok adalah indikator pencemaran karena tumbuhan itu dikenal doyan menyerap logam berat, merkuri, nikel, dan residu pestisida." tuturnya.
Selain sebagai indikator pencemaran, tumbuhan ini juga berfungsi sebagai penjernih sungai. Saat ini, Sungai Citarum di Karawang sudah berwarna hitam akibat polusi. Menurut Daru, hal itulah yang menjadi permulaan menumpuknya eceng gondok di Citarum seminggu terakhir ini.
Kondisi ini diperparah dengan datangnya musim hujan. Daru mengatakan saat musim hujan volume air Citarum bertambah. "Racun yang mengendap di permukaan sungai bisa naik akibat pengedukan arus air. Selain terpapar endapan racun, ikan-ikan juga rebutan oksigen yang menipis. Itulah yang menjelaskan gejala ikan mati mendadak di Sungai Citarum," kata Daru.
Manajer lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah itu pernah melakukan penelitian biotilik di Sungai Citarum. Hasilnya, 50 jenis ikan di Citarum telah punah. Jenis ikan yang punah itu adalah arengan, lelawak, sengal, tawes, dan jenis ikan lainnya. "Ikan-ikan itu musnah karena shock loading, pembuangan industri dalam jumlah besar secara mendadak," tutur Daru.
Dari catatan Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat, terdapat 4.000 perusahaan yang tersebar dari hulu sampai hilir Sungai Citarum. "30 persennya melanggar, melakukan pencemaran. Namun sampai saat ini, hanya 20 perusahaan yang ditindak," kata Dadan Ramdan, Ketua Walhi Jawa Barat.
HISYAM LUTHFIANA