TEMPO.CO, Jakarta - Pengajar School of Oriental and African Studies, Department of Politics and International Studies, University of London, Michael Buehler, mengajukan sejumlah pertanyaan tentang kontroversi penyewaan jasa lobi oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan kerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat.
Michael Buehler lebih dulu mengajukan klarifikasi atas artikelnya yang dimuat di situs New Mandala pada 6 November 2015. Situs New Mandala, kata Buehler, adalah milik Universitas Nasional Australia atau Australian National University, yang sering dipakai Indonesianis untuk mengangkat isu penting terkait politik, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.
"Artikel saya mengajukan beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat beberapa minggu yang lalu," kata Buehler dalam penjelasannya melalui surat elektronik kepada Tempo pada Rabu, 11 November 2015.
BACA: Heboh Broker Lobi Jokowi: Derwin Pereira Akhirnya Minta Maaf
Dalam artikel itu, menurut Buehler, dirinya mengutip sebuah dokumen yang sudah berada di ranah publik dan dapat diakses oleh siapapun sejak 17 Juni 2015. Dokumen ini bisa diunggah dari situs UU Pendaftaran Agen Asing milik Departemen Kehakiman Amerika Serikat di sini. Dokumen itu sebuah arsip daring yang wajib dilaporkan kepada Departemen Kehakiman Amerika.
Selama 10 tahun terakhir, kata Buehler, sebagian besar penelitian yang ia lakukan terkait isu politik daerah, sistem pelayanan kesehatan, dan proses pembuatan kebijakan di Indonesia, serta selalu bersinggungan dengan masalah transparansi dan akuntabilitas. Tak mengherankan jika para akademisi yang meneliti dan menganalisis topik-topik seputar ini akan bersentuhan dengan isu pertanggungjawaban publik.
Namun, menurut Buehler, beberapa media di Indonesia telah memberitakan isi artikelnya di situs New Mandala pada 6 November 2015 secara tidak akurat. Beberapa media menyebut pertemuan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) didesain oleh lobi tertentu. Padahal, sinyalemen tersebut tidak ada sama sekali dalam artikel itu.
"Saya tidak mengklaim bahwa jasa pelobi digunakan untuk merumuskan pertemuan antara Joko Widodo dan Barack Obama. Kita semua tahu Presiden Obama mengundang Presiden Jokowi ke Amerika Serikat, dan kunjungan ini sudah dikonfirmasi sebelum penandatanganan kontrak kerja sama jasa lobi yang saya sebutkan di artikel saya."
Selanjutnya: Terlepas dari itu, Buehler melanjutkan, sungguh aneh...