TEMPO.CO, Banda Aceh - Gempa seratusan kali sejak Ahad lalu di Aceh, yang berpusat di barat laut Kota Sabang, merupakan pengaruh gempa saat tsunami Aceh, 26 Desember 2004.
“Untuk penstabilan lempeng bumi yang bergeser dulunya,” kata Faizal Adriansyah, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh, kepada Tempo, Selasa, 10 November 2015.
Menurut dia, sejarah kegempaan Aceh yang paling fenomenal adalah gempa yang memicu tsunami pada akhir 2004, yang berpusat di Samudera Hindia dengan kekuatan 9,1 pada skala Richter. Tsunami tersebut kemudian menimbulkan korban jiwa lebih dari 200 ribu orang di Aceh. “Akibat gempa tektonik tersebut, ibarat orang luka parah, penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama,” ujarnya.
Gempa besar itu membuat dua lempeng yang mengapit Aceh, Indo-Australia dan Eurasia, bergeser dan belum stabil. Posisi menuju kestabilan inilah yang mengharuskan adanya gempa-gempa seterusnya di wilayah Aceh. “Sampai kapan gempa ini akan berakhir? Di sinilah kita sadar bahwa ilmu manusia tentang gempa ini masih sangat sedikit,” ujarnya.
Faizal menambahkan, pascagempa besar 9,1 SR di Aceh, wilayah tersebut rentan terjadi gempa-gempa besar di tempat lain. Sebab, lempeng-lempeng bumi satu sama lain saling terhubung. Tidak mustahil gempa besar di tempat lain memicu terjadinya pelepasan energi di wilayah yang sudah rentan, seperti Aceh.
Beberapa bulan yang lalu, ada pergerakan lempeng di dekat Aceh yang memicu gempa Nepal di sekitar Himalaya. “Ini tidak mustahil berpengaruh terhadap kestabilan lempeng di wilayah Aceh.”
Gempa bumi, kata Faizal, adalah getaran bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara mendadak. Pelepasan energi ini diperlukan untuk mengurangi tekanan lempeng bumi. Maka, secara teori, Faizal menambahkan, banyaknya gempa dalam beberapa hari ini di Aceh dan Sumatera memiliki nilai positif dari sisi pengurangan energi, sehingga tekanan semakin lemah. Yang perlu dikhawatikan justru kalau energi terakumulasi dan lepasnya sekaligus, sehingga memicu gempa besar.
Masyarakat diimbau agar tidak panik, tapi harus tetap waspada terhadap gempa berskala besar. Penduduk di sekitar pesisir disarankan menjauhi pantai jika terasa gempa sangat kuat dan tidak bergantung pada alarm tsunami.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie Aceh Besar Eridawati mengatakan, sejak Ahad sampai Senin lalu, terjadi 100 kali lebih gempa di Aceh, yang berpusat di sekitar barat laut Sabang. Kekuatan gempa-gempa tersebut bervariasi, 3,0-6,0 SR atau II-IV modified mercally intensity (MMI). "Termasuk gempa ringan,” ujarnya.
Salah satu gempa yang dirasakan paling kuat terjadi pada Ahad malam, pukul 23.47 WIB, dengan kekuatan 6,0 SR. Selanjutnya pada Senin, pukul 15.12 WIB, kekuatannya mencapai 5,5 SR.
ADI WARSIDI