TEMPO.CO, Jakarta - Sutomo alias Bung Tomo tak pernah berhenti mengkritik. Sejarawan Rushdy Hoesein menilai Sutomo tak takut mengkritik Presiden Sukarno juga Presiden Soeharto. Menurut Rushdy, Sutomo sebenarnya mendukung pemerintahan Sukarno.
"Tapi Sutomo antikomunis sehingga berseberangan dengan Sukarno," kata Rushdy. Bung Tomo, ujar Rushdy, ikut mendukung dan menyemangati aksi unjuk rasa mahasiswa penentang komunis pada 1965-1966.
Berita tentang Bung Tomo:
Skripsi Selesai, Bung Tomo Tak Lulus dari UI
Pertempuran Surabaya dan Teks Resolusi Jihad Kedua Kiai NU
Terhadap pemerintahan Soeharto, kata Rushdy, Bung Tomo awalnya mendukung. Tapi belakangan, Sutomo menilai pemerintahan Orde Baru tak berpihak pada rakyat dan malah berkiblat pada konglomerat. Walhasil, pada 1 April 1978, Bung Tomo ditahan di Penjara Nirbaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, karena vokal mengkritik pemerintahan Soeharto.
Tak hanya terhadap pemerintah yang berkuasa, Sutomo juga mengkritik para mahasiswa, terutama soal gaya hidup para mahasiswi. Dalam surat untuk Senat Mahasiswa Universitas Indonesia pada 18 April 1963, Bung Tomo—saat itu juga berstatus mahasiswa Fakultas Ekonomi UI—mempertanyakan kabar banyak mahasiswi bersedia menjadi wanita penghibur demi mendapatkan duit.
“Banyaknya gadis yang tidak lagi mementingkan ‘love is for the hearts’ (cinta karena hati), tetapi menganggap sudah benar kalau ‘love is for the purse’ (cinta karena dompet),” tulis Bung Tomo. “Kesemuanya itu hanya menggembirakan bagi bandot-bandot tua yang banyak uang.”
Siapa sosok Sutomo alias Bung Tomo sesungguhnya? Baca selengkapnya Edisi Khusus Bung Tomo Penyebar Warta Palagan Surabaya di Majalah Tempo pekan ini.
PRAMONO
Baca juga:
Pidato Bung Tomo, Dimulai Lagu Tiger Shark Lalu Allahu Akbar
STAN Kini Resmi Menjadi Politeknik Keuangan Negara