Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bung Tomo, Kisah Radio Pemberontakan dengan Pemancar Sitaan

image-gnews
Bung Tomo bersiap melakukan siaran radio, 1947. Dok.Dukut
Bung Tomo bersiap melakukan siaran radio, 1947. Dok.Dukut
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sore hari selepas kumandang adzan maghrib pada pertengahan Oktober 1945 di Surabaya. Nada-nada akustik dari lagu Tiger Shark ciptaan Peter Hodgkinson mengalun ritmis. Sesaat rekaman musik grup band The Hawaiian Islander itu diputar, arek-arek Suroboyo langsung mendekat ke corong pengeras suara yang tergantung di kampung-kampung.

Di penghujung lagu, suara pria memekikkan takbir dan salam revolusi seketika menggelegar. “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!” teriak pria itu di ujung siaran radio. Empunya suara bariton itu tak lain ialah Sutomo alias Bung Tomo.

Lalu, berhamburanlah jargon-jargon politik dan retorika pengobar semangat perjuangan. Detik-detik siaran radio itu diceritakan kembali oleh Bambang Sulistomo, putra Bung Tomo, dua pekan lalu. “Radio tersebut mengudara untuk menyerang balik propaganda tentara sekutu,” dia berujar.

Menurut buku Pertempuran Surabaya, cikal bakal berdirinya radio tak lepas dari peran Moestopo, Ketua Badan Keamanan Rakyat Jawa Timur, saat itu. Prajurit pimpinan Moestopo sukses menyita transmiter radio dari tangan Jepang dan menghibahkannya pada Bung Tomo.

Moestopo pula yang menyarankan Bung Tomo menyembunyikan pemancar ke Tegalsari untuk menghindari pelacakan sekutu. Saat pemancar bergelombang pendek 34 meter itu dipindah, Bung Tomo merasa perlu memodifikasinya agar jangkauan sinyal lebih luas.

Ia lalu meminta bantuan Hasan Basri, Ali Oriep, dan Soemedi – teknisi radio sekaligus anggota Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia yang dibentuk Bung Tomo – untuk menyempurnakan pesawat radio. Berbekal transmiter sederhana atau biasa disebut zender itu, orasi Bung Tomo lewat Radio Pemberontakan resmi mengudara pada 15 Oktober 1945.

SIMAK: Pidato Bung Tomo, Dimulai Lagu Tiger Shark Lalu Allahu Akbar  

Radio itu konsisten mengudara selama pertempuran Surabaya 10 November. Namun, beberapa hari setelah perang, markas siaran di Jalan Mawar ditutup. Pusat kendali siaran dipindah ke Bangil, sekitar 60 kilometer di sisi tenggara Surabaya. Tak ketinggalan, transmiter juga ikut diboyong ke Bangil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Bung Tomo tetap datang sepekan dua kali untuk siaran,” ujar K’Tut Tantri, perempuan Amerika keturunan Skotlandia yang membantu Bung Tomo menyiarkan berita dalam bahasa Inggris. Cerita itu dituturkan K’Tut Tantri dalam bukunya Revolt in Paradise.

SIMAK: Apa Peran Bung Tomo di Perang Surabaya 10 November 1945?

Kiprah Radio Pemberontakan akhirnya benar-benar tamat di tangan Presiden Sukarno. Dia memerintahkan penghentian siaran karena orasi Bung Tomo dianggap terlalu provokatif di tengah upaya diplomasi yang digelar pemerintah dengan sekutu.

Meski siaran disetop, pemancar radio masih dipakai saat Agresi Militer Balanda II pada 1948. Di bawah komando Mohammad Jasin yang memimpin Mobiele Brigade Polisi Jawa Timur, Radio Gerilya mengudara. “Pusat Kepolisian Indonesia yang terakhir memakai pemancar Radio Pemberontakan,” tulis Bung Tomo di buku Dari 10 Nopember 1945 ke Orde Baru.

Siapa sosok Sutomo alias Bung Tomo sesungguhnya? Baca selengkapnya Edisi Khusus Bung Tomo Penyebar Warta Palagan Surabaya di Majalah Tempo Pekan Ini.

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

4 hari lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

12 hari lalu

Komponis Ismail Marzuki. Wikipedia
Legenda Lagu Hari Lebaran Karya Ismail Marzuki, Begini Lirik Lengkapnya

Ismail Marzuki menciptakan lagu tentang Hari Lebaran yang melegenda. Begini lirik dan profil pencipta lagu tentang Lebaran ini?


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

25 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

17 Februari 2024

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Jika Prabowo Jadi Presiden, Butet Kertaradjasa Cemas Soeharto Ditetapkan Pahlawan Nasional

Seniman Butet Kertaradjasa cemas bila Prabowo Subianto menjadi presiden menghidupkan kembali Orde Baru


Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

4 Februari 2024

John Lie.
Anies Baswedan Sebut Nama John Lie Saat Bertemu Komunitas Indonesia Tionghoa, Siapa Dia?

Anies Baswedan menyebut nama John Lie saat acara Desak Anies bersama Komunitas Indonesia Tionghoa, di Glodok, Jakarta. Siapa John Lie?


Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

1 Desember 2023

Lafran Pane. wikipedia.com
Kisah Lafran Pane Pendiri HMI dalam Film Lafran Akan Tayang Februari 2024, Begini Perjuangannya

Lafran Pane merupakan pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Film Lafran tayang pada Februari 2024. Berikut biografinya.


Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

1 Desember 2023

Film Lafran. Facebook
Siapa Lafran Pane yang Kisah Hidupnya Ditampilkan dalam Film Lafran?

Film Lafran dibintangi Dimas Anggara sebagai Lafran Pane akan tayang pada Februari 2024. Siapa dia, apa hubungannya dengan HMI?


Profil Prof Mochtar Kusumaatmadja, Belum Juga Ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional

13 November 2023

Suasana Jalan Layang Prof Mochtar Kusumaatmadja di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 1 Maret 2022. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Profil Prof Mochtar Kusumaatmadja, Belum Juga Ditetapkan Jokowi sebagai Pahlawan Nasional

Prof Mochtar Kusumaatmadja beberapa tahun terakhir diusulkan menjadi pahlawan nasional. Jasanya sangat besar sebagai konseptor Deklarasi Djuanda.


47 Pahlawan Nasional Ditetapkan Jokowi Sejak 2014, Termasuk Kakek Anies Baswedan hingga Ratu Kalinyamat

13 November 2023

Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat pemberian gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 8 November 2018. Salah satu di antaranya adalah kakek dari Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan. TEMPO/Subekti.
47 Pahlawan Nasional Ditetapkan Jokowi Sejak 2014, Termasuk Kakek Anies Baswedan hingga Ratu Kalinyamat

Siapa saja pahlawan nasional yang ditetapkan pemerintah Jokowi sejak 2014? Berikut daftar 47 tokoh pahlawan nasional, termasuk kakek Anies Baswedan.


Pahlawan Nasional Ida Dewa Agung Jambe, Teladan Raja Klungkung Kobarkan Perang Puputan 1908

12 November 2023

Ida Dewa Agung Jambe merupakan Raja Klungkung kedua. Ia gugur saat melawan Belanda dalam perang puputan pada 28 April 1908. Peristiwa itu dikenang sebagai Hari Puputan Klungkung dan Hari Ulang Tahun Kota Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung.  Foto: Istimewa
Pahlawan Nasional Ida Dewa Agung Jambe, Teladan Raja Klungkung Kobarkan Perang Puputan 1908

Raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe dari Bali dianugerahi gelar pahlawan nasional. Tak mau tunduk Belanda, ia kobarkan perang Puputan Klungkung 1908.