TEMPO.CO, Jakarta -Suap dari perusahaan farmasi kepada para dokter masih terjadi. Penelusuran Tempo menunjukkan suap tersebut bertujuan agar dokter meresepkan obat produksi perusahaan farmasi kepada pasien. Data dan informasi yang dimiliki Tempo menunjukkan suap kepada dokter bisa berupa duit maupun barang. Bahkan, tak sedikit dokter menerima mobil.
Baca juga:
Aktivis Diseret Fadli Zon ke PN, Gubernur Ganjar: Lawan!
Heboh Suap Dokter: Tiga Hal yang Mengejutkan
Sejumlah medical representative—biasa disingkat medrep, staf perusahaan obat yang bertugas melobi dan mempromosikan obat kepada para dokter—dari berbagai perusahaan farmasi membenarkan pemberian mobil kepada para dokter. Widodo, misalnya, medrep pabrik obat di Jawa Timur, mengaku perusahaannya pernah membelikan mobil untuk tiga dokter di Semarang, Jawa Tengah.
“Kijang Innova, Toyota Yaris, dan Honda CR-V. Semua atas izin kantor pusat,” kata Widodo kepada Tempo awal Oktober lalu. (Baca: Cerita Bos YLKI Terpedaya Suap Antibiotik)
Tempo juga mendapatkan salinan dokumen keuangan PT Interbat, perusahaan farmasi yang masuk peringkat lima besar di Indonesia. Dalam dokumen itu disebutkan, Dokter Lasmida N. Nuriman, dokter spesialis anak di Tangerang, pernah menerima Toyota Camry.
Cicilan mobil tersebut juga dibayarkan oleh Interbat, yaitu sekitar Rp 70 juta yang terbagi dalam beberapa termin. Lasmida enggan menanggapi data tersebut. “Saya tak punya waktu (menjawab pertanyaan Anda),” katanya saat dihubungi pada 9 Oktober 2015. (Baca di sini: Diduga Suap Ribuan Dokter, Begini Jawaban Interbat)
Benarkah dokumen tersebut? Dalam dokumen itu juga disebutkan pemberian mobil Toyota Innova untuk Rumah Sakit Muhammadiyah Babat, Lamongan, Jawa Timur. Kepala Bagian Keuangan Muhammadiyah Babat, Ernik Widiya Astutik, membenarkan telah menerima dana dari Interbat Rp 456 juta pada 2013. “Uang itu dibelikan mobil untuk keperluan rumah sakit, sisanya untuk membeli obat-obata,” kata Ernik bulan lalu. Ernik membenarkan mobil yang kini dimiliki rumah sakit adalah Toyota Innova.
Direktur Utama Interbat, Noto Sukamto, menolak permintaan wawancara dan meminta pengacaranya, Pieter Talaway, menanggapi penelusuran Tempo. Pieter membantah Interbat menyuap para dokter dalam bentuk duit maupun barang. “Dokter itu bukan orang bodoh, mereka tunduk pada kode etik. Mereka tahu obat mana yang baik dan itu yang dipakai. Komisi untuk para dokter itu nonsense,” kata Pieter.
Lebih dalam lagi, baca Investigasi Tempo: Jejak Suap Resep Obat
TIM INVESTIGASI TEMPO