TEMPO.CO, Jakarta - Staf ahli anggota Dewan Perwakilan Rakyat asal Partai Hanura Dewie Yasin Limpo, Bambang Wahyu Hadi, lagi-lagi menyatakan dirinya korban penculikan Komisi Pemberantasan Korupsi. Bambang kembali mengumbar tudingannya itu kepada wartawan di gedung KPK. "Saya menyatakan bahwa saya bukan ditahan, tapi diculik," kata dia setelah diperiksa penyidik KPK, Selasa, 3 November 2015.
Bambang sebelumnya dicokok KPK dalam operasi tangkap tangan pada 20 Oktober 2015. Ia ditetapkan sebagai tersangka lantaran diduga terlibat kasus penyuapan terkait dengan pengusulan anggaran proyek pembangunan infrastruktur energi baru dan terbarukan tahun anggaran 2016 untuk Kabupaten Deiyai, Papua.
Bukan hanya menuding KPK menculiknya, Bambang juga menuduh komisi antirasuah itu merampas barang-barangnya. "Sampai sekarang, saya belum menerima barang-barang tersebut. Jadi saya anggap sedikit dirampas," katanya pada Selasa, 3 November 2015. Bambang berada di dalam gedung KPK selama empat jam.
Dia diagendakan harus menjalani pemeriksaan penyidik KPK sebagai saksi untuk Dewie yang menjadi tersangka di kasus yang sama. Saat keluar gedung pukul 14.00 WIB, dia mengaku belum diperiksa karena tidak didampingi pengacara. "Saya tidak diperiksa karena pengacara saya tidak ada," ujar dia.
Bambang juga mengaku tak tahu ihwal uang senilai Rp 1,7 miliar yang dijadikan barang bukti oleh KPK. "Melihat uang itu saja belum pernah," katanya.
KPK menetapkan lima orang sebagai tersangka kasus tersebut. Dewie, Bambang, dan Rinelda Bandaso, sekretaris Dewie yang lain, disangka sebagai penerima suap. Sedangkan, bos PT Abdi Bumi Cendrawasih, Setiady Jusuf, dan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Deiyai Irenius Adii disangka sebagai pemberi suap.
FRISKI RIANA