TEMPO.CO, Purwakarta - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melayangkan surat berisi protes keras kepada Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Purwakarta atas penebangan pohon induk tegakan di sepanjang jalur Pondoksalam-Kiarapedes, Purwakarta, Jawa Barat, yang dinilai serampangan.
"Surat protesnya sudah saya kirimkan kemarin (Senin, 26 Oktober 2015)," kata Dedi kepada Tempo, Selasa pagi, 27 Oktober 2015. Ia mengaku sangat kesal dan kecewa. Sebab, penebangan pohon tersebut tidak dikoordinasikan lebih dulu dengan pihaknya.
"Iya, memang lahan itu milik Perhutani, tapi mereka harus sadar berada di wilayah administrasi pemerintahan Purwakarta," kata Dedi. Yang menyebalkan, ia melanjutkan, penebangan pohon tegakan tersebut tidak melulu pohon induk, tapi juga pohon yang masih kecil-kecil.
Dedi menilai penebangan pohon yang dilakukan Perhutani saat musim kemarau panjang seperti saat ini tidaklah tepat. Sebab, hal itu menimbulkan dampak sangat negatif terhadap siklus cuaca dan menyebabkan hilangnya sumber mata air.
"Sejak terjadi penebangan pohon besar-besaran itu, cuaca di Purwakarta naik sampai 34 derajat Celsius. Terpanas sepanjang sejarah Purwakarta," Dedi menjelaskan. Padahal, meski kemarau, suhu udara paling tinggi di wilayah ini biasanya 30-32 derajat Celsius.
Selain itu, banyak warga di sepanjang jalur Pondoksalam-Kiarapedes mengeluh kesulitan air bersih. "Dampak penebangan itu sangat fatal buat lingkungan," ujarnya.
Dedi menuding pihak Perhutani tidak lagi mempedulikan soal lingkungan. Padahal perusahaan pelat merah tersebut semestinya memberi contoh kepada masyarakat ihwal pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. "Mereka hanya berpikir profit oriented," tuturnya.
Kepala Urusan Humas Perhutani KPH Purwakarta Uhyanudin mengaku sudah menerima surat protes yang dilayangkan Bupati Purwakarta tersebut. "Secepatnya kami bahas agar persoalannya segera clear," ujarnya.
Ia menampik tudingan bahwa penebangan pohon induk pada saat puncak musim kemarau tersebut dilakukan secara serampangan, tanpa ada koordinasi dan tidak mempedulikan aspek lingkungan. "Penebangan yang kami dilakukan sesuai dengan aturan," ucapnya.
Ia mengungkapkan bahwa penebangan dilakukan pada saat musim kemarau karena mengedepankan aspek keselamatan kerja. Sebab, jika penebangan pohon dilakukan saat musim hujan, risiko kecelakaan kerjanya sangat tinggi. Bukan cuma itu, menurut dia, penebangan pohon saat kemarau akan menurunkan kadar kandungan air, sehingga gelondongan pohon akan lebih ringan jika dipikul.
NANANG SUTISNA