TEMPO.CO, Mataram - Gunung Baru Jari di kawasan pegunungan Rinjani meletus pagi tadi sekitar pukul 10.45 WITA. Asap letusan setinggi 200-an meter menyembul tebal kehitaman.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Rinjani di Desa Sembalun Lawang, Mutaharlin, menyatakan akan segera memantau langsung ke lokasi sore ini. Jaraknya sekitar sembilan kilometer atau 12 jam perjalanan pendakian. "Kami sudah menetapkan status Waspada dari level satu normal," kata Mutaharlin kepada Tempo, Ahad, 25 Oktober 2015.
Menurut Mutaharlin, Gunung Baru Jari yang berada di dalam danau Segara Anak di kawasan Rinjani terakhir meletus pada 2009. Letusan terdekat sebelumnya terjadi tahun 1994 dan 2004.
Ratusan pendaki, termasuk umat Hindu yang akan melakukan Upacara Mulang Pekelem di danau Segara Anak, diminta segera turun untuk mencegah adanya korban.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Agus Budiono menjelaskan telah berkoordinasi untuk mencegah kemungkinan adanya korban jiwa jika letusan membesar. "Sekarang pendakian ditutup dulu. Tidak melayani pendakian,’’ katanya.
Warga Dusun Mapakin, Desa Sembalun Lawang, Mertawi mengatakan tidak ada kegelisahan di antara warga. "Tenang-tenang saja. Sebelumnya memang banyak yang bertanya soal kebakaran gunung," ujar Mertawi yang sehari-hari mengajar Sekolah Dasar Nomor 3 Sembalun Lawang.
Saat ini, ada sekitar 200 orang--dewasa pria, wanita dan anak-anak-- umat Hindu yang sedang menyiapkan upacara Mulang Pekelem di danau Segara Anak. Upacara ini digelar untuk meminta hujan dengan melepas perhiasan emas, perak, dan tembaga berbentuk ikan ke danau Segara Anak. Rencananya, upacara akan dilakukan saat purnama, Selasa besok, sekitar pukul 7 pagi.
Dua orang anggota pengurus Walaka (Cendekiawan) Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat, Made Metu Dahana dan Komang Gerudug, memperoleh kabar situasi di sekitar danau tidak mengkawatirkan. "Acara Mulang Pekelem ini mohon kesuburan," ujarnya.
Perekayasa Utama Museum Geologi Heryadi Rachmat yang sedang meneliti letusan Rinjani untuk kepentingan disertasi mengatakan timnya termasuk Mutaharlin sudah tiga kali ke gunung Baru Jari dalam setahun terakhir. "Statusnya memang aktif. Jadi letusan bisa terjadi kapan saja," katanya.
Sewaktu melakukan pengambilan sampel batuan sebelum terjadinya letusan, saat terjadi letusan, dan sesudah letusan, Heryadi mendapati adanya lapangan Solfatara atau lubang gas yang menghembuskan belerang. Ada juga Fumarol, uap air yang tidak mengandung belerang. Dahulu, kata dia, Rinjani disebut sebagai gunung Samalas mengalami letusan dahsyat pada 1257.
SUPRIYANTHO KHAFID