TEMPO.CO, Jakarta - Perkara suap hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan menyeret Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella. Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho dan istri mudanya, Evy Susanti—yang lebih dahulu dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi—bernyanyi pernah memberikan duit Rp 200 juta kepada Rio Capella. Fulus itu imbalan untuk mengatur kasus bantuan sosial yang melibatkan Gatot di Kejaksaan Agung.
Ditemui Tempo di kantor NasDem pada Sabtu, 17 Oktober 2015, Ketua Umum NasDem Surya Paloh buka-bukaan soal kasus yang menerpa partainya. Dia juga bicara soal kedekatannya dengan Presiden Joko Widodo dan pengusaha asal Cina, Sam Pa.
Berikut wawancara bagian ketiga.
Soal kabinet, betulkah akan ada reshuffle lagi?
Semakin banyak reshuffle menunjukkan kondisi pemerintahan yang belum kondusif. Sedikit-sedikit reshuffle. Ini jadi excuse. Harus kita akui belum penuh namun sebagian besar sudah ke arah positif. Lihat saja sekarang stabilitas makro ekonomi kita fluktuatif. Tergerusnya devisa nasional. Tapi itu juga bukan hal yang terlalu ekstrem.
Presiden Jokowi sering berkonsultasi dengan Anda?
Tentunya ada pembicaraan ini. Tidak hanya ekonomi, kami membicarakan berbagai sektor. Kira-kira sekitar sebulan yang lalu.
Menurut Anda, reshuffle bagaimana?
Masyarakat tidak membutuhkan itu saat ini. Mungkin yang mereka butuhkan optimisme pemenuhan kebutuhan. Sandang pangan harga stabil. Syukur-syukur kebutuhan tercukupi. Itu basic need yang harus dipenuhi. Stabilitas ekonomi tercapai. Itu sensitif. Inilah yang harus dipikirkan presiden dan pemerintah.
Ya memang for what? Kalau ditanyakan pada saya. Nanti saya bilang begini nanti dikira NasDem takut di-reshuffle. Serba salah. Nggak ada urusan mau reshuffle.
Termasuk polemik RUU KPK ada penundaan yang memakan energi juga. Jangan sembarang revisi tapi tidak berjalan baik. Yang dicari itu penguatan kok. Tapi institusi lainnya jaksa dan polisi juga harus diperkuat. Ada lex specialis di KPK, tapi kan memang KPK lahir dengan tujuan seperti itu. Muara penguatan ya negara. Jangan sampai ada institusi yang kuat tapi negaranya lemah. Untuk apa?
Kinerja menteri dari NasDem bagaimana?
Average belum terlalu luar biasa tapi tidak di bawah average. Karena ada proses learning by doing. Dilihat dari enam bulan pertama dan kedua berbeda. Biasalah belum pernah di kabinet. Uji coba dia duduk duduk jadi menteri. Enam bulan kedua sudah mulai ada perbaikan. Tapi cobaan tidak gampang. Kita bisa lihat Bu Siti (Menteri Kehutanan) menengok El Nino. Hutan 70 juta hektare yang terbakar. Ini kurang tanggap. Matilah Siti kalau sendiri. Ini sepuluh Siti pun tidak akan mampu. Tapi yang penting bagaimana direction-nya jelas.
Kinerja Menteri Agraria Ferry Mursyidan Baldan?
Sudah membaik. Tampang saja kan menguntungkan. Ferry saya kenal sebagai pembuat UU. Dulu sebelum dilantik saya selalu mengenalnya sebagai pembuat UU. Dia dulu aktif di prolegnas. Banyak uu yang rusak di buat ferry. Banyak produk UU yang kurang sehat. Tapi relatif yang penting mereka tetap menjaga komitmen. Rusak NasDem kalau hanya bergerak untuk partai. Makanya banyak yang kalah di MK. Itu karena produknya.
Jaksa Agung M. Prasetyo?
Seorang Prasetyo yang saya kenal kalem nggak kontroversial. Kalau cari yang kontroversial cari yang dari LSM. Prasetyo ini kalem Jawa lagi, bukan Sumatera. Kalau Batak mungkin beda. Tapi masak jaksanya Surya semua? Kalau mau cari yang sensasional atau yang banyak gebrakan jangan Prasetyo. Prasetyo itu kalem, tenang, dan hati hati. Saya percaya akan membaik kariernya.
Bersambung ke bagian empat…
Baca wawancara bagian pertama di sini.
Baca wawancara bagian kedua di sini.
Baca juga:
Dewie Limpo Terjerat Suap: Inilah 7 Fakta Mencengangkan
Skandal Suap: Terkuak, Ini Cara Dewie Limpo Bujuk Menteri