TEMPO.CO, Padang - Asosiasi Kapal Wisata Selancar Sumatera Barat (AKSSB) menemukan praktek monopoli dan penguasaan titik-titik ombak untuk selancar di Kabupaten Kepulauan Mentawai oleh kelompok tertentu.
Praktek itu membuat wisatawan mancanegara yang ingin surfing ketakutan. "Muncul premanisme, arogansi, dan monopoli kelompok tertentu di lokasi wisata itu. Akibatnya wisatawan enggan mendatangi kawasan yang memiliki ombak Mentawai yang terkenal di dunia itu," ujar Ketua AKSSB Aim Zein, Senin, 19 Oktober 2015.
Menurutnya, ada sekitar 27 titik surfing di Kabupaten Mentawai, yang belum memiliki regulasi yang jelas. Sehingga menyebabkan monopoli dan penguasaan atas wilayah oleh sejumlah kelompok. Regulasinya tidak jelas, ujar Aim, masih mengacu ke Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2002 yang sudah tidak relevan lagi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2002 tentang pengelolaan pariwisata Mentawai, kata Aien, izin hanya diberikan kepada lima perusahaan. Yaitu PT Mentawai Wisata Bahari, PT Internusa Bahagia, PT Bangun Torokoat, PT Bintang Samudera Mentawai, dan PT Saraina Koat Mentawai. Dia menuduh pemberian izinya berindikasi kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Saat ini, setiap musimnya atau April hingga November, kawasan tersebut dikunjungi turis peselancar mencapai 6.000 orang. Aktivitas surfing di kawasan itu juga didukung 45 kapal selancar dan 52 resor.
Namun, perusahaan pemilik izin memonopoli kawasan dengan membangun mooring buoy serta memungut bayaran kepada pemilik kapal selancar. Mereka juga memanfaatkan masyarakat setempat untuk mengusir kapal selancar yang masuk.
Makanya, kata Aim, muncul premanisme, arogansi, dan monopoli kelompok tertentu di lokasi wisata. Seharusnya, pemerintah mengeluarkan regulasi pengelolaan spot selancar di perairan Mentawai. Agar tidak terjadi monopoli.
Sebelumnya, seorang pemilik kapal selancar asal Australia, Steven George Sewell, mengaku pernah diusir aparat dengan menembakkan senjata api ke udara. Ketika itu dia membawa peselancar ke salah satu spot terbaik di Mentawai di spot Macaroni’s.
Steven menduga aparat yang mengusir dengan menembakan senjata api itu adalah orang yang mem-backing Mark Loughran, pemilik Macaroni’s Resort. "Saya takut sekali karena ada tembakan, saya sudah laporkan ke Kedutaan Australia,” kata Sooly–sapaan Steven Goerge Sewell.
Kepala Satuan Intel Kepolisian Resor Mentawai Zuheldi membantah adanya aparat kepolisian yang mem-backing perusahaan tertentu di Mentawai. Apalagi pengusaha resor dan pengusaha kapal itu bermitra.
“Soal penembakan itu, anggota kami diberi tahu ada keributan antara warga dengan pemilik kapal, makanya polisi datang untuk mengamankan,” kilahnya.
ANDRI EL FARUQI