TEMPO.CO , Makassar:Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, Kementeriannya akan memperketat pengawasan penyaluran beasiswa biaya pendidikan mahasiswa miskin berprestasi (bidik misi). Sesuai data, hampir 5 persen dari total penerima beasiswa salah sasaran.
“Mereka berlatar belakang ekonomi kuat,” kata Nasir usai penyerahan beasiswa bidik misi di Universitas Hasanuddin, Selasa 13 Oktober 2015.
Menurut Nasir, hal ini adalah penyimpangan yang bisa terjadi. Untuk mengurangi penyimpangan ini, ke depan, mahasiswa yang boleh menerima beasiswa adalah mahasiswa yang memiliki kartu Indonesia pintar. “Jika punya kartu Indonesia pintar, akan masuk dalam daftar calon penerima,” kata Nasir.
Nasir juga akan membentuk tim. Bekerja sama dengan rektor rektor untuk memeriksa kembali para mahasiswa penerima beasiswa. “Harus dipastikan yang menerima adalah mahasiswa kurang mampu,” katanya.
Meski ada penyimpangan, Menteri Nasir berharap masyarakat tidak melihat yang 5 persen ini. Karena selebihnya yang 95 persen terbukti berhasil diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Dengan nilai yang memuaskan. “Sehingga program ini tetap akan kami lanjutkan,” kata Nasir.
Sasaran beasiswa bidik misi adalah lulusan satuan pendidikan SMA/SMK/MA/MAK atau satuan pendidikan bentuk lain yang sederajat yang tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik. Untuk tahun 2015, pemerintah telah mengalokasikan anggaran bidik misi sebesar Rp 230 miliar. dengan rincian bidik misi on going sebanyak 177.730 mahasiswa dan bidik misi mahasiswa baru sebanyak 60 ribu mahasiswa.
“Besarannya Rp 1 juta per bulan per mahasiswa,” kata Nasir.
Selain bidik misi, pemerintah juga memberikan beasiswa afirmasi pendidikan tinggi. Bagi mahasiswa yang berasal dari daerah terluar, tertinggal, dan terdepan. “Mereka diharapkan menjadi agen perubahan di daerah mereka masing masing,” kata Nasir.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Unversitas Hasanuddin (Unhas) M Dahlan Abubakar mengatakan, kasus salah sasaran penerima beasiswa bidik misi juga terjadi di Unhas. Sebanyak 28 mahasiswa Unhas tiba-tiba distop kiriman dananya oleh pusat. “Karena teridentifikasi mengirim biodata yang tidak sesuai fakta,” kata Dahlan.
MUHAMMAD YUNUS