TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa pelemparan granat pada 30 November 1957 di Perguruan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, dikenang sebagai Jumat durjana bagi rakyat Indonesia. Ketika itu sekelompok pemuda berupaya membunuh Presiden Soekarno. Namun, upaya itu ternyata gagal belaka.
Cerita selamatnya Presiden Soekarno alias Bung Karno dari upaya pembunuhan di Cikini disarikan kembali oleh Arifin Suryo Nugroho dalam bukunya berjudul Tragedi Cikini, Percobaan Pembunuhan Presiden Soekarno, yang terbit pertama kali pada 2014. Buku ini juga diselipi kata pengantar dari Asvi Warman Adam, peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yang juga ahli sejarah di Tanah Air.
BERITA MENARIK
G30S 1965: Misteri Letkol Untung, Masih Hidupkah Dia?
G30S 1965: Terungkap, Kedekatan Soeharto dan Letkol Untung
Kisahnya bermula ketika Soekarno mengunjungi Perguruan Cikini di Jalan Cikini, Nomor 76, Jakarta Pusat, dalam rangka menghadiri perayaan ulang tahun ke-15 sekolah itu. Kunjungan Presiden untuk memenuhi undangan Johan Sirie, Direktur Percetakan Gunung Sari, dan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini, sebagai panitia penyelenggara.
Putra-putri Soekarno, Muhammad Guntur Soekarnoputra dan Megawati Soekarnoputri, juga belajar di sekolah tersebut. Namun tak ada yang mengira jika perayaan yang meriah penuh keriangan wajah anak-anak malam itu berubah menjadi hujan tangis tak terperi. Komplotan teroris--begitu versi Soekarno--yang tidak puas dengan kondisi politik saat itu hendak membunuh Presiden Soekarno di depan Perguruan Cikini. (Lihat video Jejak CIA dalam Tragedi G30S 1965, Ini Dia Fakta Penyiksaan Jenderal Saat G30S)
Tanpa berpikir panjang, para pelaku menarik pemicu granat dan melemparkannya ke arah Presiden yang masih berada di tengah kerumunan anak-anak sekolah. Zulkifli Lubis, yang saat itu mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat periode 1952-1956 dan mantan Kepala Intelijen Negara yang kedudukannya di bawah koordinator Soekarno, dituding menjadi dalang di balik aksi penggeranatan.
BACA JUGA
Geger Pendeta Mengaku Gay yang Menolak Sembuh
Gadis-gadis Dibunuh Berantai di Batam: Begini Kisahnya
Granat-granat yang meledak dengan dahsyatnya di halaman Sekolah Rakyat Cikini yang sedang penuh sesak orang, telah mengakibatkan 7 orang meninggal di tempat kejadian serta mengakibatkan berpuluh-puluh orang Iuka-Iuka. Mobil Presiden Soekarno, Chrysler Imperial "Indonesia l", mendapat kerusakan hebat.
Ban depan kanan-kiri pecah, 'spetboard' berlubang, juga terdapat kerusakan pada kap dan mesin. Sementara itu, dua dari 7 korban yang meninggal di tempat kejadian adalah anggota polisi lalu lintas berpangkat brigadir yang bertugas sebagai Voorijders Presiden, masing-masing bernama Muhammad dan Ahmad bin Udi.
Baca juga:
G30S 1965: Ternyata Soeharto yang Tempatkan Letkol Untung di Istana
Minta Maaf ke Sukarno? Titiek:Kenapa Harus, Pak Harto Itu...
Selanjutnya: Di antara korban terdapat....