TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan Indonesia menolak tawaran Singapura yang ingin membantu memadamkan kebakaran hutan. Willem menjelaskan, empat hari lalu pihaknya telah bertemu dengan delegasi Singapura.
Dalam pertemuan itu, Willem menyampaikan alasan mengapa Indonesia tak memerlukan bantuan Singapura. Salah satunya karena apa yang ditawarkan sudah bisa dipenuhi sendiri oleh Indonesia. "Singapura tawarkan pesawat hercules untuk bantu hujan buatan, namun kami juga sudah punya empat hercules yang standby di sana," ujar Willem. Selain itu, kata dia, awan yang ada tak cukup banyak untuk bisa disemai hujan buatan.
Singapura juga menawarkan bantuan teknologi informasi, tapi Indonesia juga sudah menggunakan teknologi yang sama. "Ketiga, mereka juga tawarkan satu pesawat untuk water bombing. Padahal kita juga sudah punya 17 pesawat namun tak selalu bisa terbang karena asapnya yang pekat," kata dia.
Willem menuturkan dalam pertemuan itu delegasi Singapura juga menyampaikan protes karena kabut asap telah mengganggu kehidupan sosial dan ekonomi. Beberapa sekolah di sana terpaksa harus diliburkan. Bahkan acara dan festival juga harus dibatalkan karena pekatnya kabut asap. "Mereka paham kondisi yang kami hadapi," ujarnya.
Willem menyadari bahwa isu asap ini tanpa batas dan mengganggu negara lain. Padahal pemadaman sudah berhasil menurunkan jumlah titik panas. Hanya memang sampai saat ini dampak asap masih terasa.
Ia mencontohkan, di Riau, titik panas tinggal dua, tapi asap masih pekat karena Riau terkena asap dari dampak pemadaman daerah lain. "Wajar kalau mereka terganggu, tapi masyarakat kita lebih terganggu lagi. Tapi kami tidak diam saja, kami sudah ambil tindakan," kata dia.
Total titik api hingga hari ini di Sumatera sebanyak 502 titik, terdiri dari 466 titik di Sumatera Selatan, 17 titik di Jambi, 8 titik di Lampung, 6 titik di Sumatera Barat, 3 titik di Bangka Belitung, dan 2 titik di Riau. Sedangkan di Kalimantan terpantau 712 titik, terdiri dari 333 titik di Kalimantan Timur, 262 titik di Kalimantan Tengah, 104 titik di Kalimantan Selatan, 7 titik di Kalimantan Utara, dan 6 titik di Kalimantan Barat.
TIKA PRIMANDARI