TEMPO.CO, Banyuwangi - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Jawa Timur masih menutup pendakian malam dan dinihari ke Gunung Ijen.
“Air kawah masih mengeluarkan warna putih,” kata Kepala BKSDA Wilayah III Jawa Timur, Sunandar Trigunajasa, Senin, 5 Oktober 2015.
Sunandar mengatakan keluarnya warna putih menunjukkan ada potensi gas beracun. Potensi keluarnya gas beracun itu, tidak akan terpantau saat malam hari. Meskipun hingga kemarin status Gunung Ijen masih normal. “Karena itu, pendakian hanya kami tutup saat malam hari,” katanya.
Pendakian pada malam dan dinihari Gunung Ijen ditutup sejak 1 Oktober 2015. Menyusul adanya letusan yang cukup keras sebanyak tiga kali pada Kamis, 1 Oktober, sekitar pukul 14.00 WIB. Letusan tidak menimbulkan korban jiwa karena tidak ada pengunjung yang berada di jalur pendakian.
Sunandar menjelaskan, pendakian pada malam dan dinihari memang menjadi favorit wisatawan. Mereka biasanya mendaki saat pukul 00.00-01.30 WIB untuk melihat api biru (blue fire) yang muncul pada pukul 03.00 WIB.
BKSDA belum memastikan sampai kapan Gunung Ijen akan ditutup. “Kami berkoordinasi terus dengan Pos Pemantau Gunung Api Ijen,” kata Sunandar.
Pengamat dari Pos Pemantau Gunung Api Ijen, Suparjan, menjelaskan status Gunung Ijen hingga hari ini normal. Meski begitu, gunung di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso itu masih mengeluarkan asap solfatara putih dengan tekanan fluktuatif. “Ketinggian sekitar 250 meter,” katanya.
Gempa tremor terjadi terus-menerus dengan amplitudo 0,5-3 milimeter dan dominan di angka 1 milimeter. Sedangkan suhu mencapai 23 derajat Celsius.
IKA NINGTYAS