TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Ghana berkomitmen untuk mengingkatkan kerja sama kedua negara. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Ghana Hanna Serwaa Tetteh menandatangani nota kesepahaman Pembentukan Sidang Komisi Bersama di sela pertemuan Sidang Majelis Umum PBB di New York. Hal ini menegaskan kerangka kerja sama bilateral dalam bidang perdagangan, investasi, teknis, dan sosial budaya.
“Melalui mekanisme SKB ini, dapat didorong saling kunjung dan membuka peluang kerja sama yang lebih besar, tidak hanya pada tingkat G to G (government to goverment), tapi juga B to B (business to business),” kata Retno dalam siaran pes yang diterima Tempo, Ahad, 27 September 2015.
Kedua negara juga menekankan bahwa masih banyak peluang kerja sama ekonomi yang belum dimanfaatkan. Retno mendorong peningkatan kerja sama industri strategis dan pertanian. “Sejumlah perusahaan Indonesia memproduksi alat-alat pertanian, seperti traktor tangan, yang sesuai dengan industri pertanian skala kecil,” katanya.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia mendorong pembukaan Kedutaan Besar Ghana di Jakarta. “Kedutaan Ghana di Jakarta akan sangat strategis, tidak hanya dalam meningkatkan kerja sama kedua negara, tapi juga sebagai pintu masuk kerja sama ekonomi di ASEAN,” ucap Retno.
Sebelumnya, Ghana menjadi mitra dagang potensial di Afrika. Nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 241 juta pada 2014 dan Indonesia mendapat keuntungan sebesar US$ 183 juta. Saat ini, tercatat tiga perusahan Indonesia beroperasi di Ghana dalam bidang produksi sabun, alat-alat dapur, dan minyak sayur.
ARKHELAUS WISNU