TEMPO.CO, Jakarta - Adnan Buyung Nasution, 81 tahun, menuliskan wasiatnya soal perjuangan hukum dan keadilan bagi rakyat miskin. Di atas secarik kertas, Adnan Buyung menulis, "Jagalah LBH/YLBI teruskan pemikiran dan perjuangan bagi si miskin tertindas".
Pengacara senior Todung Mulya Lubis menceritakan saat-saat Adnan Buyung Nasution, menuliskan pesan tersebut menggunakan spidol berwarna merah. Kepada Tempo, Todung mengatakan momen itu terjadi pada Minggu siang, 20 September 2015, ketika Todung menjenguk Adnan Buyung Nasution di Rumah Sakit Pondok Indah.
Namun setelah selesai membesuk dan sampai di rumah, Todung merasa tak tenang. Todung akhirnya kembali lagi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Adnan Buyung Nasution. "Minggu malam saya balik lagi," kata Todung di rumah duka, Rabu, 23 September 2015.
Sesampainya di depan Adnan Buyung Nasution, Todung terenyuh karena melihat Adnan Buyung memegang tangannya sambil menangis. "Saya juga menangis melihat kondisinya semakin memburuk," ujar Todung.
Saat itu bibir Adnan Buyung Nasution, bergetar seperti ingin menyampaikan sesuatu, tapi dia kesulitan mengucapkannya karena mulutnya tertutup ventilator. Anggota keluarga Adnan Buyung yang turut berjaga di situ, dengan sigap memberikan secarik kertas dan spidol merah kepada Adnan Buyung Nasution. (Baca: Johan Budi: Adnan Buyung Selalu Terusik oleh Ketidakadilan)
Perlahan, bersamaan dengan air mata yang masih mengalir, Adnan Buyung mengayunkan spidol merah di tangannya dengan gemetar. Setelah selesai menulis, kertas itu kemudian diberikannya kepada Todung. Todung lalu membacanya dan berkata, "Saya akan pegang amanat ini."
Menurut Todung, sosok Adnan Buyung mampu memberikan inspirasi. Todung mengenal Buyung sebagai pendiri Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, yang berpihak pada kaum lemah. (Baca: Di Akhir Napasnya, Adnan Buyung Masih Berpikir Keadilan bagi Si Miskin)
Todung tak mengira, itu wasiat terakhir Adnan Buyung kepada Todung dan rekan-rekannya. Menurut Todung, pesan itu sesungguhnya bukan untuk dirinya, tapi seluruh penegak hukum di Indonesia. "Pesan bagi semuanya adalah, dia saja dalam sakitnya masih memikirkan negerinya, bangsanya. Dia seperti tidak bisa menerima sakitnya, 'Kenapa saya tak bisa berbuat sesuatu lagi'. Itu pesannya. Tapi, ya namanya umur ya urusan Allah, kita doakan yang terbaik," ujarnya.
DESTRIANITA K.