TEMPO.CO, Surabaya - Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana membantah kabar kalau dirinya kerap tak seiring sejalan dengan kebijakan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Dia menegaskan bahwa kesan tak kompak itu memang sengaja dia hembuskan sebagai strategi politik.
Selama ini, Whisnu mengaku sengaja berpura-pura bentrok dengan Risma, untuk mengantisipasi lawan politiknya di Kota Surabaya. Dengan cara itu, maka peta politik di Kota Surabaya bisa berubah. “Padahal, kami sebenarnya fine-fine aja,” ujarnya sambil tertawa, Senin 21 September 2015.
Buktinya, kata Whisnu, pada Rapat Kerja Khusus PDIP Kota Surabaya, Risma memakai seragam merah yang menunjukkan jati dirinya sebagai kader PDI Perjuangan. “Tidak ada satu pun program Bu Risma yang saya ganjal, saya selalu support,” kata Whisnu.
Dukungan penuh Whisnu ini, kata dia, diberikan karena Risma sudah seperti ibunya sendiri. "Jadi, ketika saya kehilangan ibu, maka saya anggap Bu Risma seperti ibu saya sendiri,” kata Whisnu.
Selain itu, Whisnu mengakui Risma banyak mengajarinya seluk beluk dunia birokrasi."Sekarang saya bisa melihat banyak potensi yang bisa dikembangkan di birokrasi, terutama untuk kepentingan rakyat Surabaya,” kata dia.
Menurut Whisnu, Risma adalah kader PDIP yang sengaja dititipkan kepada birokrasi. Karena itu, pembagian tugas antara keduanya sudah jelas, yaitu apabila urusan politik PDIP menjadi tugas Whisnu, sementara tugas Risma difokuskan pada urusan program pemerintahan. Karena itulah, seringkali Risma bungkam ketika ditanya tentang politik. “Saya sebagai wakil wali kota hanya sebagai supporting,” kata Whisnu.
MOHAMMAD SYARRAFAH