TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Teguh Puji Rahardjo, mengatakan, dua warga negara Indonesia (WNI) yang disandera di Papua Nugini berhasil bebas karena penjagaan para penyandera mulai melemah. “Kami belum tahu, melemahnya karena negosiasi atau apa. Yang jelas kelemahan penjagaan dimanfaatkan dua WNI itu untuk lari,” kata Teguh lewat sambungan telepon, Sabtu 19 September 2015.
Setelah keluar dari hutan, kedua WNI yang bernama Sudirman dan Badar, itu masuk ke kampung Skouwtiau, Keerom, Papua Nugini. “Di sana mereka bertemu dengan tentara PNG (Papua New Guinea),” kata Teguh. Tentara PNG lantas menyerahkan sandera ini kepada konsulat RI di Vanimo. Di perbatasan, kedua WNI diterima oleh Panglima Kodam XVII/Cenderawasih.
Indonesia mengirim lima batalyon TNI untuk menjaga perbatasan Indonesia-Papua Nugini pada saat proses pembebasan Sudirman dan Badar. Mereka terdiri dari satuan raider dan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). “Karena ini pengamanan perbatasan, merupakan tanggung jawab dari TNI untuk mengamankan,” ucap Teguh.
Meski begitu, pasukan itu tidak bisa bergerak karena mereka tidak bisa menyeberang ke Papua Nugini tanpa izin pemerintah Papua Nugini. Karena itu, Teguh menjelaskan, upaya pembebasan Sudirman dan Badar dilakukan oleh tentara Papua Nugini atau PNG Army.
Sebelumnya, Sudirman dan Badar disandera oleh kelompok bersenjata di wilayah Skouwtiau, Distrik Kerom, Papua Nugini, sejak 12 September 2015. Dua WNI itu bekerja sebagai penebang kayu di Skofro, Distrik Keerom, Papua, yang berbatasan dengan Papua Nugini. Selama beberapa hari PNG Army berusaha melakukan negosiasi. Para penyandera sempat meminta supaya dua orang sandera itu ditukar dengan dua rekan mereka yang ditangkap karena kasus Narkoba. Namun permintaan itu tidak dipenuhi pemerintah Indonesia. Memasuki hari ketujuh penyanderaan, pada Kamis malam lalu, para sandera itu berhasil lepas.
REZKI ALVIONITASARI