TEMPO.CO, Palangkaraya -Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan KalImantan Tengah Kolonel Arh. Purwo Sudaryanto menyebutkan, hingga pekan lalu total luas lahan yang terbakar mencapai 1.715 hektar .
“Luas yang sudah dipadamkan melalui operasi darat, sementara ini seluas 852,7 hektar. Sedangkan untuk jarak pandang, pada pukul 07.30 WIB hanya mencapai 200 meter,” kata Purwo Sudaryanto yang juga Danrem 102 Panju Panjung, Senin 14 September 2015.
Ditambahkannya, selain operasi darat, operasi udara juga terus dilakukan dengan 3 unit helikopter. Untuk helikopter jenis Bell 214B P2-MSA pada 13 September 2015 melakukan sebanyak 1 kali penerbangan ke wilayah Pulang Pisau, dengan 39 kali bombing dengan 117.000 liter air.
“Kalau kita kalkulasi, helikopter jenis Bell 214B P2-MSA sejak beroperasi tanggal 15 Agustus 2015 sampai 13 September 2015, sudah melakukan sebanyak 44 kali penerbangan dan 1.455 bombing. Itu dilakukan, di wilayah Palangkaraya, Kabupaten Pulang Pisau dan Katingan,” tuturnya.
Untuk helikopter jenis Kamov pada 13 September 2015 melakukan 1 kali penerbangan dengan 35 kali bombing dan 175.000 liter air di wilayah Kota Palangkaraya. Adapun helikopter jenis MI-8 tidak terbang karena terkendala jarak pandang yang harus mencapai 1.300 meter.
Dari pantaun Tempo hingga sore, kondisi udara masih dipenuhi kabut asap. Jarak pandang hanya 200 meter. Seluruh sekolah di Kota Palangkaraya masih meliburkan siswanya.
Sementara itu di Maliki, Sulawesi Selatan, kabut asap kini menganggu jarak pandang. Terutama pada sore hari, jarak pandang hanya 10-15 meter saja. Pengendara di jalanan diminta berhati-hati dan mengurangi laju kendaraannya.
Dinas Kesehatan bersama Dinas Kehutanan dan Perkebunan, mulai turun ke jalan, membagikan masker pada warga yang melintas. Selain membagikan masker, pengendara sepeda motor dan mobil, diimbau menyalakan lampu utama.
Sugianto, Kepala Seksi Perlindungan dan Pengamanan Hutan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Timur, menjelaskan, tebalnya kabut asap disebabkan meluasnya kebakaran lahan dan hutan di Malili dan beberapa kecamatan di Luwu Timu.
"Titik-titik api yang membakar lahan dan hutan, sulit dipadamkan karena aksesnya yang cukup jauh. Apalagi peralatan pedaman yang dimiliki sangat terbatas," kata Sugianto, Senin 14 September 2015.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Timur, Safei Basir, mengatakan, jumlah armada pemadam kebakaran yang bisa digunakan hanya 4 unit. Jumlah itu jelas tidak bisa mengatasi kebakaran yang sudah menyebar.
KARANA WW | HASWADI