TEMPO.CO, Kediri – Kepolisian Resor Kota Kediri, Jawa Timur, belum bisa mengungkap dua kasus misterius di wilayahnya. Kasus pertama adalah pengemudi mobil yang terbakar di kaki Gunung Wilis, Dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, pada Juni 2015.
Adapun kasus kedua ialah pembunuhan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya, di Dusun Cangkring, Desa Titik, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, pekan lalu. Meski telah menerjunkan tim penyelidik dari Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya untuk melacak identitas mayat terbakar, tapi hingga kini polisi belum bisa mengungkap motif maupun pelaku pembunuhan itu.
Identitas mayat yang diharapkan bisa menguak teka-teki misteri pembunuhan di lereng Wilis itu juga belum dipastikan. Pasalnya kondisi mayat sudah hangus sehingga sulit dikenali. “Yang jelas jenazahnya identik dengan seorang pengusaha konveksi asal Tulungagung yang hilang,” kata Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polresta Kediri Ajun Komisaris Anwar Iskandar, Senin, 14 September 2015.
Peristiwa lain menyusul. Seorang mahasiswi fakultas kKedokteran ditemukan tewas di lahan persawahan Desa Titik, di wilayah kaki Gunung Wilis. Kali ini polisi diuntungkan dengan kondisi korban yang dengan cepat diketahui identitasnya sebagai Feny Anggrima Lestari, warga Kabupaten Nganjuk. Meski wajahnya rusak parah dan tak bisa dikenali, tapi keluarga korban mengenali dari pakaian dan ciri-ciri tubuh lainnya.
Setali tiga uang dengan mayat terbakar, motif kasus pembantaian sadis Feny juga masih gelap. Alih-alih mengungkap motifnya, pelaku pembantaian pun juga tak mampu diendus polisi.
Fakta ini tak pelak mengundang kritikan dari masyarakat yang meragukan kemampuan polisi dalam menangkal kejahatan. Dengan belum terungkapnya dua kasus itu hingga kini, pelaku pembunuhan sadis itu masih berkeliaran bebas di masyarakat.
“Ini tantangan bagi polisi untuk menjawab keresahan masyarakat,” kata Zainal Arifin, pengajar Fakultas Hukum Universitas Islam Kadiri. Dia berharap polisi selalu meningkatkan kemampuan untuk mengimbangi modus operandi kejahatan yang terus berkembang.
HARI TRI WASONO