TEMPO.CO, Bangkalan - Nekat melaut saat ombak besar, dua nelayan warga Desa Lebak, Kelurahan Pangeranan, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, hilang. Mereka masing-masing Rohim, 27 tahun dan sepupunya Iwan, 32 tahun.
"Hanya ditemukan perahu dan jalanya," kata Mulyono, mertua Rohim, Jumat 11 September 2015.
Rohim dan Iwan berangkat melaut pada Kamis siang, 10 September 2015. Sebelumnya, Mulyono sudah melarang menantunya itu pergi karena ombak dan kecepatan angin bisa berubah mendadak. Apalagi, dia menambahkan, Rohim baru pertama kali melaut sepulang dari bekerja di Malaysia setahun lalu.
Namun Rohim yang pengangguran memaksa melaut. Alasannya, kata Mulyono, tidak enak hanya berdiam diri di rumah tanpa penghasilan. Melihat niat baiknya itu, Mulyono tak kuasa menolak. "Saya biarkan melaut karena ada Iwan yang sudah pengalaman menangkap kepiting," ujar dia.
Namun hingga kamis sore, perahu keduanya tak juga muncul di dermaga. Dibantu nelayan lain, Mulyono menyusul menantunya itu namun tak ditemukan. Pada malam harinya mereka hanya menemukan perahu yang dipakai Rohim di perairan Arosbaya. "Sampai siang tadi, belum ditemukan, Polairud Polda turut mencari menantu saya," kata Mulyono, Jumat 11 September 2015.
Weni, istri Rohim, mengaku tidak punya firasat apapun tentang suaminya. Rohim dan Weni dikaruniai seorang putra berusia 2,5 tahun. Ketika ditanya harapannya. "Gak tau mas, saya pusing, semoga ditemukan," kata Weni.
Kondisi perahu yang ditemukan dalam kondisi baik, Mudher, 45 tahun, nelayan lain, menduga Rohim jatuh lebih dahulu ke laut saat melempar jala. Melihat kawannya jatuh, Iwan hendak menolong. Namun nahas, ombak besar menyeret keduanya menjauh dari perahu. "Ini dugaan saya, karena kemarin saya urung melaut karena ombak besar," tutur dia.
Menurut Mudher, jika keduanya pandai membaca cuaca, tidak akan berani melaut dengan perahu kecil karena ketinggian ombak mencapai tiga meter. "Perahunya cuma ukuran 8X2 meter, sangat berbahaya," kata dia.
MUSTHOFA BISRI