TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto terlihat memakai jam tangan mewah saat pertemuannya dengan bakal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.
Pemerhati arloji, Amos Lilik Mulyadi, mengatakan merek arloji Setya sama dengan yang dipakai terpidana kasus suap, Atut Chosiyah. "Bedanya Ratu Atut pakai yang ladies series," ujar Amos, saat dihubungi, Ahad, 6 September 2015.
Arloji Richard Mille RM005 Rose Gold
Menurut Amos, merek arloji yang dipakai Setya adalah Richard Mille. Jam tangan tersebut dibungkus casing bermateri yellow gold dengan fitur kalender dan kronograf. Soal harga, Amos bilang Richard Mille dibanderol dengan kisaran Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. "Pokoknya seharga satu rumah," ujar dia.
Mengapa Setya memakai jam tangan model ini? Amos, yang juga pegiat komunitas maniak jam tangan, Arlojiku, itu berpendapat saat ini Richard Mille memang sedang tren. Biasanya arloji merek ini digemari penyanyi hip-hop berkulit hitam lantaran tampilan luarnya yang berkilau.
Richard Mille masuk kategori arloji mewah dengan segmentasi kelas atas. Sebab, jam tangan ini diproduksi di Swiss dengan desain dan material yang berbeda dibanding pesaing di levelnya.
Amos menyesali Setya yang tampil terlalu mewah itu. Menurut dia, Setya harus mencontoh pendiri republik seperti Muhammad Hatta yang hanya memakai jam bermerek Pitus, yang termasuk kategori biasa dengan kisaran harga Rp 5-10 juta saja (dengan kurs saat ini).
Pejabat di luar negeri pun juga bertindak serupa. Amos mencontohkan Presiden AS Barrack Obama yang memakai arloji bermerek Tag Heuer, atau mantan presiden AS Bill Clinton yang gemar mengalungkan 'Casio' di pergelangan tangannya. Kebiasaan pejabat AS, kata Amos, memang didukung aturan ketat. Pejabat AS saat ini sudah dilarang memakai arloji berharga ratusan juta ke atas.
Meski dibatasi, pejabat tersebut tetap tidak kehilangan gengsi. "Itu karena pejabat yang menaikkan nilai arloji saat memakainya, bukan arloji yang menaikkan gengsi pemakainya," ujarnya.
ROBBY IRFANY
Baca juga:
Drama Budi Waseso: Jokowi-JK Menguat, Kubu Mega Menyerah?
Lebih Nyaman Berbahasa Inggris, Susi: Jangan Ragukan…Saya