TEMPO.CO, Lhokseumawe - Sejumlah warga Aceh yang tinggal di Malaysia resah dengan kabar tenggelamnya sebuah kapal yang mengangkut 70 warga Indonesia dari Negeri Bagian Perak, Malaysia, Jumat, 4 September 2015.
“Ada beberapa orang Aceh di kawasan ini yang sudah berangkat menuju ke sana untuk melihat apa ada saudara mereka yang menjadi korban,” ujar Boyhaqi, warga Aceh yang saat ini berdomisili di Selangor, Malaysia.
Boyhaqi menjelaskan, berdasarkan informasi yang diterimanya, musibah tersebut terjadi sekitar pukul 02.20, Kamis, 3 September 2015. Kapal yang diduga akan mendarat ke Tanjung Balai tersebut mengangkut 70 warga, termasuk di dalamnya warga Aceh yang pulang untuk menjenguk keluarga.
Harian Metro Malaysia melaporkan, hingga saat ini, 24 jenazah ditemukan. Tujuh jenazah yang terakhir ditemukan kini telah diamankan di pelabuhan Ladang Sungai Bernam oleh tim SAR dan Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM)
Ketua Penguatkuasaan Maritim Daerah Klang Laksamana Pertama Maritim Mohd Aliyas Hamdan menuturkan, selama operasi penyelamatan, sedikitnya 37 orang telah ditemukan. Sebanyak 17 orang di antaranya saat ditemukan sudah menjadi mayat.
Jenazah tersebut diangkut otoritas setempat ke Rumah Sakit Raja Permaisuri Bainun (HRPB) di Ipoh. Salah satu dari mayat yang sudah dikenali adalah Winda Mandasari, 24 tahun, berasal dari Medan, istri Amiruddin Tolam, 30 tahun.
Hingga saat ini, puluhan orang masih hilang dalam peristiwa tenggelamnya kapal di perairan Sabak Bernam, Selangor, tersebut.
IMRAN M.A.