TEMPO.CO, Bandung - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan kuliah umum perdana bagi mahasiswa baru Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Rabu, 2 September 2015.
Universitas menyematkan tema tentang pendidikan kedamaian pada kuliah itu. Namun SBY menyiapkan topik membangun dan memelihara kedamaian pada era perubahan dunia.
SBY menyampaikan kuliah umum itu selama satu jam lebih di hadapan 6.700 mahasiswa baru UPI. Dibantu paparan tertulis pada layar proyektor dan naskah di podium, bekas Presiden keenam Republik Indonesia itu lebih banyak bicara hal-hal umum dan teoritis soal kerukunan dan perdamaian.
Pada bagian kedua, ia memaparkan keberhasilan mengatasi konflik pada masa rezimnya, seperti Aceh, Papua, Sampit, Poso, Ambon, dan Maluku Utara.
Selama pemerintahan, sejak menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan hingga jadi presiden dua kali, kata SBY, kunci meredakan konflik ada di tangan pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat. "Para tokoh itu yang membantu negara, beberapa menjadi provokator," katanya.
SBY menjadikan Aceh sebagai contoh yang baik untuk upaya perdamaian. Setelah 30 tahun berkonflik senjata, ujar SBY, awalnya banyak yang menentang rencana perdamaian itu. "Karena takut Aceh bukan bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)," ujarnya.
Adapun soal konflik di Papua, SBY mengingatkan agar ditangani secara hati-hati dan bijaksana. Menurut dia, Papua bagian dari Indonesia sudah selesai. "Jangan ada tindakan negara yang salah. Selesaikan masalah Papua dengan tegas dan pakai hati, kasih sayang," tuturnya.
Rektor UPI Bandung Furqon mengatakan SBY sengaja diundang sebagai pembicara kuliah umum itu karena cocok dengan temanya. Soal pendidikan kedamaian, UPI akan membuatnya secara sistematis. "Kami juga akan mengembangkan pusat pendidikan kedamaian dengan kajian secara konseptual dan metodologi perdamaian," ucapnya.
Sejumlah mahasiswa baru UPI yang hadir pada kuliah perdana tersebut mengaku kurang memperhatikan isi kuliah umum dari SBY. Alasannya, mereka duduk di bagian belakang. Adapun dua mahasiswi, Anysa Dewi dan Rida Aeni, menilai topiknya menarik. "Tapi bikin ngantuk," kata Anysa.
ANWAR SISWADI