TEMPO.CO, Semarang - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Mustofa Bisri, gusar atas perilaku orang beragama akhir-akhir ini. Kata Gus Mus—panggilan akrab Mustofa Bisri, banyak orang beragama tapi seperti tidak mengenal Tuhan-nya.
“Mereka memperlakukan Tuhan seperti ukuran diri sendiri masing-masing,” kata Gus Mus dalam dialog kebangsaan bertema “Menjadi Orang Indonesia yang Beragama dan Berbudaya” di Semarang, Kamis malam, 27 Agustus 2015.
Ihwal orang cinta Tuhan tapi tak mengenal Tuhan ini Gus Mus mengibaratkan perkawinan dua orang pada zaman dulu yang rata-rata tidak melalui pacaran. Dulu, pernikahan orang dijodohkan begitu saja tanpa ada kesempatan berpacaran.
Mantan Rois Am PBNU ini pun mencontohkan kisah asmaranya dengan istrinya sekarang. Saat Gus Mus sedang belajar di Arab Saudi, dia ditantang untuk menikah dengan seorang perempuan. Kala itu, Gus Mus memberikan syarat kepada orang tuanya. Ia mau menikah asal diperbolehkan surat-suratan dengan calon istrinya, yang kala itu tinggal di Yogyakarta. “Karena keahlian saya menulis surat,” ujar Gus Mus, yang disambut tawa para hadirin.
Gus Mus bercerita, saking hebat tulisan suratnya, setiap kali menerima surat, calon istrinya langsung menyendiri di kamar. “Saya punya intel yang laporan bahwa calon istri saya mempelajari titik-koma surat yang saya tulis,” tutur Gus Mus.
Surat-menyurat berlanjut hingga akhirnya Gus Mus berkirim foto. Sambil bercanda, Gus Mus menceritakan bahwa ia mengirim foto yang paling bagus kepada calon istrinya. “Setelah melihat foto saya, dia langsung kelepek-kelepek,” ucap Gus Mus.
Singkat cerita, pulang dari belajar di Arab Saudi, Gus Mus langsung dinikahkan. Ingin memberikan yang terbaik, istrinya memasak menu spesial. “Saya dimasakkan opor satu ekor ayam. Bumbunya sangat lengkap dengan santan dua buah kelapa,” kata Gus Mus. Kemudian opor dihidangkan di meja makan dengan tulisan “Selamat Makan”.
Gus Mus pun dipersilakan menyantap menu spesial tersebut. Namun apa yang terjadi? Gus Mus hanya mencicipi masakan itu satu sendok makan. Kontan, istrinya sedih. Tangis pun pecah. Masakan spesial yang sudah susah payah dibuat cuma dicicip satu sendok.
Istrinya langsung melapor kepada mertuanya alias ibu kandung Gus Mus. “Mas Mus (Gus Mus) ini terlalu,” ujar istri Gus Mus kepada mertuanya. Mertuanya kontan tertawa terbahak-bahak setelah tahu menantunya itu masak opor ayam. “Kok, tidak nanya-nanya dulu? Suamimu itu tak suka masakan berkuah santan. Sukanya sambal,” kata Gus Mus menirukan ucapan ibunya. Sejak saat itu, istrinya terus-menerus memasak sambal. “Kalau makan nasi sama sambal bisa lahap.”
Kisah ini sama dengan orang yang mencintai Tuhan tapi tidak mengenal-Nya. “Ada semangat cinta tapi tidak disertai mengenal Tuhan,” tutur Gus Mus. Yang parah lagi, kata Gus Mus, ada orang yang menjadikan agama sebagai alasan untuk bertengkar dengan orang lain.
ROFIUDDIN