TEMPO.CO, Bandung - Menteri Kesehatan Nila Djuwita Anfasa Moeloek mengatakan masalah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih terbilang tinggi.
"Hal ini menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah dari satu sisi dan kesadaran masyarakat dari sisi lainnya," kata Nila seusai menghadiri acara Kongres Obstetri dan Ginekologi (KOGI) XVI di Bandung, Senin, 24 Agustus 2015.
Angka kematian ibu itu berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs). Menurut Nila, hal itu terbukti dari masih banyaknya kasus yang berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi.
Antara lain banyaknya kasus pernikahan dini, mewabahnya anak-anak dengan penyakit kelamin, terjangkit HIV/AIDS, dan yang lainnya. "Itu kan masalah kesehatan reproduksi masalah kesehatan remaja," katanya.
Nila mengimbau warga bisa memahami bahaya masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Saat ini pencegahan yang dilakukan Kementerian Kesehatan dengan melakukan penanganan dini karena masalah itu bermula dari kurangnya pendidikan masalah kesehatan reproduksi bagi remaja.
Kementerian akan memulai dari hulunya, sementara untuk pelayanan kesehatan biasanya dari hilir. "Saya minta dong remaja kita jangan kaya gitu, kita mikir sebentar ke depannya, senang sebentar tapi nanti sulit ke depannya, akhirnya ngebebanin biaya penyakit semuanya," katanya.
Berdasarkan data Women Research Institute, jumlah AKI di Indonesia pada 2012 sekitar 359 kematian per 100 ribu kelahiran hidup. Dengan jumlah itu, Indonesia menjadi negara penyumbang terbanyak se-Asia Tenggara dalam masalah AKI.
Hal itu masih sangat jauh dari target kelima MDGs, yaitu pada 2015 mencapai 102 kematian per 100 ribu kelahiran hidup.
AMINUDIN A.S.