TEMPO.CO, Depok - Mario Rheso Buntoro, 36 tahun, teknisi pesawat Trigana Air yang jatuh di Oksibil, Papua, sempat mengirimkan foto selfie kepada istrinya sebelum pesawat yang ditumpangi lepas landas. Dia juga sempat menelepon sang istri, Rani Annisah, yang berada di Depok, Jawa Barat. "Dia sempat telepon menanyakan bagaimana kabar anak-anaknya," ujar adik ipar Mario, Ahmad Zakaria, di rumah duka, Selasa, 18 Agustus 2015.
Mario, menurut Zakaria, memang sosok ayah yang sangat mencintai keluarganya. Dia selalu menelepon sang istri setiap akan bertugas. Mario meninggalkan dua anak berusia 7 dan 3 tahun. Saat kejadian, sang istri pun tak memiliki firasat apa pun karena menganggap telepon suaminya itu sebagai sebuah kebiasaan. "Memang biasa kalau sedang tugas di Papua dia setiap hari telepon," kata Zakaria.
Zakaria mengatakan keluarga mendapat kabar hilangnya kontak pesawat Trigana Air, yang ditumpangi kakak iparnya, Ahad, 16 Agustus, sekitar pukul 15.00 WIB. Dia juga mengatakan bahwa pihak keluarga telah mendengar kabar bahwa jenazah Mario sudah ditemukan dan sebenarnya direncanakan akan dibawa ke Jakarta hari ini. Namun, karena cuaca di Papua tidak memungkinkan, pemulangan jenazah ditunda besok. "Perkiraan besok pagi (Rabu, 19 Agustus) sudah bisa dibawa pulang," tuturnya.
Pihak keluarga, kata dia, sudah jauh lebih tenang begitu mendengar kabar bahwa pesawat telah ditemukan. "Lebih khawatir saat pesawat belum ditemukan. Keluarga cemas menunggu kabar saat itu," ucapnya.
Seperti diketahui, pesawat Trigana Air IL-257 rute Jayapura-Oksibil hilang pada Ahad sore lalu. Pesawat lepas landas dari Bandara Sentani pukul 14.22 WIT dan diperkirakan tiba di Oksibil pada pukul 15.04 WIT. Namun pesawat kehilangan kontak dengan menara Oksibil pada pukul 14.55 WIT.
Pesawat itu membawa 49 penumpang yang terdiri atas 44 orang dewasa, 3 anak-anak, dan 2 bayi. Terdapat lima kru dalam pesawat Trigana Air IL-257, yaitu kapten pilot Hasanudin, flight officer Ariadin F., pramugari Ika N. dan Dita A., serta teknisi Mario.
IMAM HAMDI