TEMPO.CO, Sentani - Direktur Operasional Trigana Air Benny Sumaryanto memastikan pilot yang membawa pesawat Trigana Air Service yang diduga kuat menabrak bukit di sekitar Distrik Okbape di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Minggu siang, 16 Agustus 2015, tidak mengubah rute penerbangannya.
"Rute yang diterbangi pilot kami pada hari itu tetap sama dengan rute biasanya. Hanya saja, saat itu cuaca tidak menguntungkan," kata Benny saat ditemui di Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa malam, 18 Agustus 2015.
Baca: Tragedi Trigana, Keluarga Penumpang Ngamuk: Stop Pakai Calo!
"Intinya pilot kami tidak mengubah rutenya, toh terbukti jatuhnya juga dekat. Sehingga mengubah rute bagaimana? Jadi tidak benar kalau misalkan pilot kami mengubah rute penerbangannya pada hari itu," Benny menuturkan. Saat pesawat turun, Benny menduga cuaca tak memungkinkan, sehingga pilot tak bisa full visual dan terlalu dekat dengan bukit.
Ihwal penumpang yang membawa uang tunai dana Kementerian Sosial sebesar Rp 6,5 miliar, Trigana mengklaim tak mengetahui sama sekali hal itu. "Itu sama sekali kami tak tahu, sebab memang tak ada laporan kepada kami terkait adanya uang yang jumlahnya miliaran itu," tuturnya.
Baca: Khofifah: Duit Rp 6,5 Miliar di Trigana Air Diasuransikan
Pesawat jenis ATR 42 PK YRN milik Trigana Air Service ini berangkat dari Bandara Sentani pada Minggu, 16 Agustus 2015, sekitar pukul 14.21 WIT dan seharusnya tiba di Bandara Oksibil sekitar pukul 15.15 WIT. Pesawat ini mengalami lost contact sekitar pukul 14.55 WIT. Pada Senin pagi, 17 Agustus 2015 serpihan pesawat ditemukan di koordinat 04 derajat 49 menit 289 Lintang S, 140 derajat 29 menit 953 BT.
Pada Selasa, 18 Agustus 2015, Basarnas menyatakan tim SAR gabungan telah menemukan total 54 jenazah penumpang dan kru pesawat Trigana Air Service jenis ATR 42 PK YRN bernomor lambung IL 267. Termasuk kotak hitam dan uang dari penumpang yang jumlahnya miliaran itu. Namun uang dan jenazah yang ditemukan tak semua utuh. Ada yang dalam keadaan hangus terbakar. Rencananya, Kamis, 19 Agustus 2015, 54 jenazah akan dievakuasi ke Jayapura.
CUNDING LEVI