TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Operasional Badan SAR Nasional Heronimus Guru mengatakan lokasi jatuhnya pesawat Trigana Air terungkap berkat tracking telepon seluler milik pilot. "Kepala Basarnas mendapat data dari tracking handphone pilot. Berbekal data itu, terungkap bahwa lokasi jatuhnya pesawat ternyata tak begitu jauh dari bandara," kata Heronimus di kantor pusat Basarnas, Selasa, 18 Agustus 2015.
Ponsel pilot, kata Heronimus, sempat hidup selama pencarian berlangsung. "Tapi habis itu sudah tidak lagi," ucapnya.
Pencarian pun dilakukan karena data tracking ponsel dan hasil pelacakan oleh pihak Trigana Air menunjukkan titik yang sama.
Menurut informasi, kata Heronimus, cuaca di sekitar Oksibil waktu pesawat jatuh sebenarnya cukup cerah. Ia menduga pesawat jatuh karena menabrak tebing gunung. "Saya kira seperti Sukhoi waktu itu kasusnya," ujar Heronimus.
Heronimus mengatakan daerah jatuhnya pesawat memang merupakan pegunungan. Ketinggian gunung di lokasi itu berkisar 2.400-2.700 meter. Meski demikian, ia menolak memastikan penyebab jatuhnya pesawat. "Itu bukan tugas Basarnas, tapi KNKT."
Pesawat Trigana Air IL-257 rute Jayapura-Oksibil dengan nomor registrasi PK-YRN dan nomor penerbangan IL-257 take off dari Bandara Sentani, Jayapura, pukul 14.22 WIT, Ahad, 16 Agustus 2015, dan diperkirakan tiba di Oksibil pada pukul 15.04 WIT.
Pesawat Trigana Air PK-YRN kontak terakhir dengan menara Oksibil pada pukul 14.55 WIT. Pada pukul 15.00, menara Bandara Oksibil melakukan kontak dengan pesawat, tapi tidak ada jawaban.
Pesawat Trigana Air IL-257 yang mengalami hilang kontak membawa 49 penumpang, terdiri atas 44 orang dewasa, 3 anak-anak, dan 2 bayi. Terdapat lima kru dalam pesawat Trigana Air IL-257, yaitu kapten pilot Hasanudin, flight officer Ariadin F., flight attendant Ika N. dan Dita A., serta engineer Mario.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA