TEMPO.CO, Purwakarta - Perhelatan Sarung Iket Topeng (Saket) Festival Purwakarta 2015 yang digelar mulai Sabtu malam, 15 Agustus, pukul 19.30 hingga Ahad dinihari, 16 Agustus 2015, akan diwarnai dengan atraksi goyang maranggi.
Juru bicara Saket Festival Purwakarta 2015, Hendra Fadli, mengatakan atraksi goyang maranggi dipastikan akan menarik perhatian penonton. "Sebab, akan dilakukan secara simultan oleh 53 ribu peserta festival yang sudah terdaftar di panitia," ucapnya.
Hendra menjelaskan, goyang maranggi dipilih menjadi tema sentral tarian massal sebagai media buat membumikan kuliner khas Purwakarta, yakni sate maranggi. Sate tersebut kini semakin dikenal di kalangan turis domestik, bahkan mancanegara.
Hiburan gratis tersebut diklaim akan menjadi pergelaran budaya pertama di Indonesia yang digelar secara kolosal oleh puluhan ribu pelajar, PNS, aparat desa, kepala desa/lurah, camat, para pejabat eselon II-IV, serta masyarakat umum.
Peserta pria akan mengenakan pakaian kampret khas Sunda lengkap dengan selendang sarung dan ikat kepala khas. Mereka juga menggunakan topeng dan menyandang hihid (kipas yang terbuat dari kulit bambu). Adapun peserta wanita mengenakan kain dan baju kebaya, kerudung, topeng, juga membawa hihid.
Dengan pakaian khasnya tersebut, semua peserta diwajibkan mempertontonkan atraksi goyang maranggi, yang konon gemulai dan atraktif. "Pokoknya, akan nyesel kalau tidak menyaksikannya," tuturnya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menjelaskan, pakaian adat yang dikenakan para peserta Saket Festival 2015 memiliki arti peran tokoh dan warga Sunda yang berintegritas, loyal, jujur, dan terbuka. "Sudah waktunya aura wajah mencerminkan isi hati yang sebenarnya. Makanya jangan ditopeng (dikamuflase)," kata Dedi.
NANANG SUTISNA