TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengangkat Thomas Tri Kasih Lembong, pemilik bisnis bioskop Blitz Megaplex, sebagai Menteri Perdagangan. Lulusan Universitas Harvard, Amerika Serikat, ini menggantikan Rachmat Gobel.
Nama Tom Lembong jarang, bahkan hampir tidak pernah disebut-sebut saat wacana reshuffle mencuat. Belasan tahun lalu ia dikenal sebagai orang yang bertanggung jawab menelola aset para obligor BLBI di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Jabatan yang dipegang Lembong waktu itu adalah Kepala Divisi Asset Management Investment (AMI) BPPN. Media kerap mengutip Lembong terkait penjualan aset-aset obligor kakap. Termasuk yang menjadi sorotan ketika restrukturisasi aset Sinar Mas era tahun 2001.
Baca juga:
RESHUFFLE KABINET: Soal Ini Jokowi Kalahkan Gus Dur & SBY!
RESHUFFLE KABINET: Pram Masuk, Tapi Mega Gagal Gusur Rini?
BPPN awalnya setuju untuk menalangi utang Kelompok Sinar Mas kepada BII bila pembayarannya macet. Ternyata Grup Sinar Mas benar-benar tak bisa membayar utangnya ke BII. Apalagi setelah Asia Pulp and Paper (APP) yang 57 persen sahamnya dimiliki Sinar Mas mengumumkan penghentian pembayaran bunga dan pokok utang APP dan anak-anak perusahaannya kepada para kreditornya.
Thomas Lembong meyakini BPPN akan tetap membayari utang tersebut. Menurut dia, BPPN punya banyak cara untuk membayarnya: bisa dengan uang tunai, obligasi, atau aset lancar yang ada di BPPN. "Butuh uang tunai, ya silakan. BPPN tidak kesulitan menyediakannya," katanya penuh percaya diri.
Baca juga:
Resuffle Kabinet: Begini Hasil Pergulatan Jokowi, Mega, JK
Sindir Ahok 'Kepala Preman', Ketua FBR: Preman Itu Tak Bawel
Catatan kedua Lembong, ketika memutuskan menjual perkebunan kelapa sawit eks milik keluarga Salim kepada perusahaan asal Malaysia, Guthrie Berhad. Penjualan seharga 350 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,3 triliun disesalkan kalangan DPR karena melepas ke saingan kelapa sawit Indonesia.
Selanjutnya: Selama di BPPN