TEMPO.CO, Kediri - Musyawarah Wilayah Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Timur diwarnai kericuhan saat pemilihan ketua dewan pengurus wilayah. Pendukung salah satu calon merusak papan perhitungan suara karena merasa dicurangi. Pendukung masing-masing calon juga saling lempar kursi.
Sejak hari pertama pembukaan musyawarah wilayah yang dihadiri Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di Hotel Insummo Kediri, Senin, 10 Agustus 2015, suhu pertarungan antarkandidat telah memanas.
Beberapa kali Zulkifli Hasan terpaksa menghentikan sambutannya lantaran sejumlah pendukung calon ketua DPW saling menyoraki. Alhasil ruangan rapat pun seperti terbelah antara kader berkaus putih sebagai tim pemenangan Sekretaris DPW PAN Jawa Timur Kuswiyanto dan kader berbaju batik biru sebagai pendukung Masfuk.
Tindak anarkis antar-pendukung ini tak bisa dibendung ketika puluhan kader pendukung Masfuk tiba-tiba menyerbu masuk ke ruang pertemuan. Mereka merusak papan nama dan kotak pemungutan suara setelah sebelumnya melempar sejumlah kursi peserta. “Saat itu sedang proses pemilihan formatur,” kata Harianto, salah satu panitia, Selasa, 11 Agustus 2015.
Menurut dia, ada sejumlah nama yang masuk dalam bursa calon formatur yang akan menentukan Ketua DPW PAN Jawa Timur berikut susunan pengurusnya. Di antaranya adalah Kuswiyanto, Suli Da’im, Malik Efendi, dan Masfuk. Tiga nama selain Masfuk tercatat memperoleh dukungan cukup banyak untuk duduk sebagai anggota formatur. Sedangkan perolehan Masfuk jauh tertinggal.
Harianto beserta panitia lain yang kaget dengan serbuan pendukung Masfuk tak bisa melakukan apa-apa. Mereka hanya mencatat identitas para penggerak kerusuhan yang di antaranya adalah pejabat pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Selain Wakil Bupati Lamongan Amar Syaifudin, terdapat pula dua anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Agus Maemun dan Basuki Babussalam, serta seorang anggota DPRD Banyuwangi, Suyanto. “Kami akan laporkan mereka ke polisi dan badan kehormatan DPRD agar ditindak karena memberi pendidikan politik yang sangat buruk,” kata Harianto.
Dikonfirmasi ulah pendukungnya, Masfuk mengatakan kubunya memang melakukan protes keras kepada panitia yang dianggap memperlakukan dia tidak adil. Dia menuding panitia sengaja merahasiakan proses perhitungan calon formatur dengan melaksanakan saat Subuh dan tidak memberi tahu kubunya. “Ini tak lazim bagi PAN,” katanya.
Atas insiden ini, Masfuk berharap Dewan Pimpinan Pusat PAN akan mengambil alih kepemimpinan DPW Jawa Timur dan tak akan mengakui hasil Musyawarah Wilayah yang baru saja terjadi. Dia juga tak gentar atas ancaman panitia untuk mempidanakan pelaku perusakan karena masih menjadi urusan partai. “Ini masih internal partai,” kata Basuki Babussalam, yang mengklaim sebagai penggerak massa.
HARI TRI WASONO