TEMPO.CO, Jakarta - Para petani padi di Desa Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, mendapatkan berkah dari sistem perpaduan pertanian dan perikanan. Para petani menanam padi digabungkan dengan pemeliharaan udang galah. Bahkan sistem ini menjadi contoh dunia yang akan diserahkan ke 26 negara oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau Lembaga Pangan Dunia.
"Sistem ini terbukti bisa menambah penghasilan para petani," kata Slamet Haryanto, Ketua Kelompok Ulam Sari, Candibinangun, Minggu, 9 Agustus 2015.
Sistem itu dinamai Ugadi atau akronim dari udang galah dan padi. Sistem ini telah dilakukan oleh kelompok Mino Ulam Asri, dan penebaran perdananya telah dilakukan pada Sabtu ,23 Mei 2015. Kini, dari penebaran benih udang, para petani sudah memanen. Selain panen padi, mereka panen udang galah.
Ongkos produksi untuk penanaman padi dan pemeliharaan udang galah pun bisa ditekan. Sebab, lahan itu tidak memerlukan pupuk kimia atau urea. Sisa dari makanan udang atau ikan merupakan pupuk yang sangat baik.
Di kelompok yang dipimpin, ada 36 kelompok pembudi daya ikan. Dua di antaranya kelompok pengolah dan pemasaran hasilnya.
Lahan yang digunakan untuk penanaman padi berpadu dengan usang atau ikan (mina padi) sedikitnya seluas 7 hektare. Hasil yang didapat sebanyak 12 ton padi per hektare. Sedangkan udang yang didapat seberat 173 kilogram dari 10 ribu bibit. "Ada penyakit jamur, tapi bisa diatasi," ucap Slamet.
Rata-rata petani bisa menambah untung Rp 5 juta setiap panen. Sebab, selain panen padi yang pulen, mereka panen udang.
Menurut Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Perkebunan Sleman Widi Sutikno, sistem ini sangat menguntungkan para petani. Memang dibutuhkan banyak air untuk penanaman padi yang dipadukan dengan perikanan/udang ini. "Air memang menjadi sangat penting, karena untuk ikannya air tidak boleh surut," tutur Widi.
MUH SYAIFULLAH