TEMPO.CO , Surabaya:Haries Purwoko membuat keterangan tertulis versi dia terkait kontroversinya mundur dari pencalonan sebagai Wakil Wali Kota Surabaya. Ketua Organisasi Masyarakat Pemuda Pancasila itu menerima telepon lalu pergi meninggalkan kantor KPU Surabaya di tengah proses pendaftaran Senin sore lalu, 3 Agustus 2015.
Dalam keterangannya itu dia berdalih tega meninggalkan pasangannya Dhimam Abror, Ketua Harian KONI Jawa Timur, sebagai calon wali kota karena gerah dengan tudingan sebagai calon boneka. Tudingan itu didengarnya jelas saat menapaki anak tangga di kantor KPU. “Nah ini bonekanya sudah datang,” kata Haries menirukan teriakan yang didengarnya saat itu.
Haries mengaku tersinggung. Seketika ia mengaku teringat pesan ibu dan istrinya sesaat sebelum memutuskan mendaftar. “Saya ingat pesan ibu jika mendaftar sekarang pasti rawan fitnah, karena di masyarakat sudah beredar bakal calon boneka untuk memenangkan inkumben. Ternyata benar,” ujarnya.
Baca juga:
Di Balik Peristiwa Mundurnya Penantang Risma
Tak Jadi Lawan Risma, Haries: Saya Ditelepon Ibu
Kisah Unik Pilkada, Pasangan Calon Hilang dan Mahar Selangit
Untuk itu, ia mantap memutuskan untuk tidak meneruskan pendaftaran. “Ini prinsip bagi saya, karena masalah kehormatan.” Ibu dan istrinya, kata Haries, sudah melarang untuk mengikuti pencalonan karena tudingan calon boneka itu. “Tudingan jadi boneka itu tidak enak, sebab konotasinya bisa diatur, pasti mengalah dan ‘dibeli’.”
Pengusaha anggota Kadin Jawa Timur itu minta pemakluman atas pemunduran dirinya. Tudingan menjadi boneka, kata dia, sudah muncul beberapa hari sebelum saya mendaftar, "Bahkan dengan menyebut angka puluhan miliar rupiah sebagai mahar.”
Haries mengaku menghilang dari Kantor KPU untuk mendatangi Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur Soekarwo untuk meminta maaf. Ia juga berjanji akan meminta maaf pada Ketua DPD Partai PAN Jawa Simur dan seluruh elemen masyarakat yang mendukungnya. “Tolong tidak ada yang perlu dipersalahkan dan saya yakin masyarakat akan memahami keputusan saya,” katanya.
Sebelumnya Abror-Haries memang didaftarkan oleh koalisi Demokrat dan PAN agar pasangan inkumben yang disokong PDIP, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana, tak menjadi calon tunggal dan pemilihan bisa digelar. Peran kebalikan diduga dijalani pasangan bakal calon di Pacitan yang diusung PDIP dan koalisinya untuk pasangan calon jagoan Demokrat.
Belakangan proses pencalonan di dua daerah itu diketahui berujung sama: buyar. Pilkada di kedua daerah itu kini ditetapkan ditunda.
ARTIKA RACHMI