TEMPO.CO, Jombang - Kandidat Rais Aam Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi setuju pemilihan pimpinan tertinggi nahdliyin itu dilakukan melalui forum rais syuriah. Hasyim juga menghormati sikap KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang tak ingin lagi menjabat sebagai rais aam.
Menurut Hasyim pernyataan keprihatinan Gus Mus pada sidang pleno tata tertib muktamar yang deadlock adalah hak pribadinya. Di akhir pidatonya, Gus Mus mengatakan hendak beristirahat dan tak ingin lagi menjabat rais aam. "Itu hak pribadi Gus Mus, kita harus menghormati," kata Hasyim Muzadi kepada Tempo, Selasa, 4 Agustus 2015.
Baca Juga:
Hasyim juga mengatakan keputusan para kiai untuk membatalkan mekanisme ahlul halli wal aqdi (Ahwa) dalam pemilihan rais aam dan mengaturnya terpisah melalui forum rais syuriah adalah tepat. Langkah itu diambil untuk mengakhiri polemik tarik ulur tata cara pemilihan rais aam yang rawan memicu perpecahan di kalangan peserta muktamar.
Namun Hasyim melihat kekisruhan yang terjadi di arena muktamar hanyalah persoalan teknis. Menurut dia kegiatan muktamar ada dua jenis, yakni teknis dan esensi. Keributan soal proses pendaftaran hingga transportasi adalah wajar karena banyaknya jumlah peserta yang mengikuti muktamar.
Sedangkan persoalan esensi pada muktamar adalah laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode 2010 - 2015 yang harus dikritisi muktamirin.
Karena itu dia meminta kepada semua pihak tak lagi meributkan dan membesar-besarkan persoalan muktamar. "Tapi sejak dulu Jombang kan memang wow," katanya.
HARI TRI WASONO